Waspada! Ahli Gizi Ungkap Kelebihan Gula pada Anak Bisa Picu Depresi

Waspada! Ahli Gizi Ungkap Kelebihan Gula pada Anak Bisa Picu Depresi

Ilustrasi makanan mengandung gula.-Foto: Unsplash.com-

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Ahli gizi masyarakat mengingatkan bahaya kelebihan gula pada anak, salah satunya sebabkan depresi.

"Dari suatu jurnal yang terbaru, orang-orang yang cenderung makan makanan manis, terutama makanan kekinian seperti boba dan sejenisnya, mempunyai risiko justru lebih banyak depresi," kata Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum di Kantor KemenPPPA, Jakarta, 27 Agustus 2024.

Selain itu juga menyebabkan perilaku antisosial dan gangguan hormonal, terutama saat akil baligh. Lebih lanjut, gula dapat memengaruhi gelombang otak delta, alfa, dan beta.

Dalam hal ini, gelombang delta memicu regenerasi dan perbaikan jaringan tubuh serta membuat kualitas tidur lebih baik. Sementara gelombang alfa yang dominan membuat orang merasa tenang dan terintegrasi antara tubuh dan otak.

Kekurangan gelombang alfa di bagian kanan otak berkaitan dengan perilaku penarikan sosial dan depresi.

BACA JUGA:

Kemudian, gelombang beta yang berfungsi baik membuat tubuh dapat fokus sehingga merespons dengan cepat rangsangan dari sekitar, termasuk pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penilaian.

Tak ayal, Tan Shot Yen mengungkapkan dampak kelebihan gula pada anak termasuk juga peningkatan adrenalin, hiperaktivitas, kecemasan, kesulitan konsentrasi, dan kapasitas belajar.

Perlu diketahui, anak-anak usia 2-18 tahun perlu membatasi konsumsi gula harian. Sedangkan bayi kurang dari 2 tahun tidak boleh sama sekali mengonsumsi gula tambahan.

Tan Shot Yen juga mengingatkan agar orang tua waspada akan adanya gula tersembunyi. Pada makanan olahan kemasan, tak jarang bahan yang mengandung gula diberi nama lain, seperti mannitol, sorbitol, xylitol, dan sebagainya.

"Tolong ingat, madu juga gula, isinya fruktosa dan glukosa, kemudian ada gula merah, gula aren, dan sebagainya," tuturnya.

BACA JUGA:

Begitu pula sirup jagung (high fructose corn syrup) yang sebenarnya adalah produk olahan pabrik.

"Ada orang awam yang mengatakan, 'Ini kan dari jagung mestinya sehat, dok.' Tidak! Karena ini adalah high fructose corn syrup. Kalau kamu mau makan jagung, ya makan jagung. Bukan sirup dari jagung," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: