Stop Aborsi! Begini Risiko dan Bahaya Bagi Kesehatan Fisik dan Mental
Aborsi/ilustrasi-ilustrasi-berbagai sumber
JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Aborsi atau penghentian kehamilan secara medis, merupakan isu yang kompleks dan sensitif yang melibatkan aspek kesehatan, hukum, dan moral.
Selain dari segi hukum dan etika, penting untuk memahami dampak kesehatan fisik dan mental yang dapat ditimbulkan oleh prosedur aborsi.
Ketua Bidang Legislasi dan Advokasi Pengurus Besar (PB) IDI, Dr. Ari Kusuma Januarto, SpOG, Obginsos mengatakan bahwa aborsi adalah bentuk tindakan medis untuk mengakhiri kehamilan.
"Semua tindakan medis memiliki risiko. Tidak ada tindakan medis yang tidak memiliki risiko," kata Ari dalam Media Briefing PB IDI di Jakarta, dikutip Minggu 4 Agustus 2024.
"Dampak aborsi terhadap kesehatan, bisa meliputi terjadinya pendarahan, infeksi, efek pembiusan, serta trauma psikologis pascaaborsi, sambungnya.
BACA JUGA:Kasus Klaim Fiktif BPJS Kesehatan Terbongkar: Ancaman Baru Terhadap Sistem Kesehatan Nasional
Menurut ri, semakin tua usia kehamilan risiko aborsi semakin besar. Namun, aborsi di usia kehamilan kurang dari 14 minggu, terutama masih dalam 40 hari memiliki risiko yang lebih minimum.
"Usia kehamilan 14 minggu itu janin sudah sekitar 8 sampai 10 cm. Deyut jantungnya sudah terdengar," terangnya
Berikut adalah beberapa bahaya yang mungkin terjadi.
1. Dampak Fisik dari Aborsi
Infeksi:
Risiko infeksi dapat terjadi jika prosedur aborsi tidak dilakukan dengan steril atau jika instrumen medis tidak bersih.
Infeksi ini bisa menyebabkan komplikasi serius, termasuk sepsis yang dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: