Teori Konspirasi Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines MH-370

Teori Konspirasi Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines MH-370

Teori Konspirasi Hilangnya Pesawat Malaysia Airlines MH-370--Foto: ideogram.ai

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Sudah satu dekade sejak pesawat itu hilang pada 8 Maret 2014, dan misteri terbesarnya dalam sejarah penerbangan tetap belum terpecahkan. 

Saat keluarga dari 239 korban yang berada di pesawat Malaysia Airlines masih mengenang sepuluh tahun sejak kehilangan orang tercinta, pencarian jawaban terus berlanjut.

Pemerintah Malaysia mengumumkan kemungkinan melanjutkan pencarian setelah sebuah perusahaan robotika laut Amerika yang mencoba menemukan pesawat pada 2018 mengusulkan pencarian baru, memperluas area yang sebelumnya mereka telusuri.

Ahli keamanan penerbangan terkemuka, Philip Baum, memberikan lima skenario yang dianggapnya paling mungkin. Mari kita tinjau setiap skenario tersebut.

BACA JUGA:

Pilot Bunuh Diri

Banyak yang menyoroti komandan pesawat, Kapten Zaharie Shah. Saat kejadian, dia berusia 53 tahun dan bertanggung jawab atas 227 penumpang serta 11 awak lainnya dalam penerbangan dari Kuala Lumpur ke Beijing.

Teori umum adalah bahwa Kapten Shah mengunci kopilot di luar kokpit, mematikan sistem komunikasi pesawat yang dirancang untuk menjaga kontak dengan pengontrol lalu lintas udara, memakai masker oksigen, dan menurunkan tekanan kabin. 

Pada ketinggian yang lebih tinggi dari Everest, penumpang dan awak lain akan segera mengalami kekurangan oksigen (hipoksia).

Teorinya, kapten kemudian menerbangkan pesawat di sepanjang perbatasan antara Thailand dan Malaysia untuk menghindari kecurigaan militer, sebelum berbelok ke selatan menuju lokasi yang diyakini tak akan pernah ditemukan.

BACA JUGA:

Namun, laporan resmi menyatakan: “Tidak ada riwayat apatis, kecemasan, atau iritabilitas yang diketahui. Tidak ada perubahan signifikan dalam gaya hidup, konflik interpersonal, atau stres keluarga.”

Kopilot, Fariq Abdul Hamid, berusia 27 tahun dan ini adalah misi Boeing 777 pertamanya tanpa kapten pelatihan yang mendampinginya, dan dia baru lima kali menerbangkan pesawat tersebut sebelumnya. 

Penyelidik mengatakan kemampuannya dan pendekatan profesionalnya terhadap pekerjaan dinilai baik. Tampaknya tidak mungkin seseorang dengan pengalaman terbatas pada pesawat tersebut dapat menjalankan rencana seperti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: