Bocah 13 Tahun Depresi Berat karena HPnya Dijual untuk Makan Keluarga

Bocah 13 Tahun Depresi Berat karena HPnya Dijual untuk Makan Keluarga

Potret A (13) yang alami depresi berat ketika HP miliknya dijual oleh ibunya unruk makan sehari-hari.-Foto: Instagram.com/@beritasatu-

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Seorang anak berinisial A(13) di Kota Cirebon, Jawa Barat, diduga alami depresi berat setelah telepon seluler miliknya dijual untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga.

Pemerintah berjanji akan mendampingi pengobatan dan membantu perekonomian serta pendidikan anak putus sekolah itu.

A merupakan seorang anak pertama yang duduk di bangku kelas VI sekolah dasar, sedangkan adik keduanya kelas III SD dan yang bungsu berusia dua tahun. 

“Saya jual HP itu karena bingung. Keadaan saya enggak kerja, enggak jualan, terus suami juga waktu itu keadaan delapan bulan enggak nafkah. Jadi, saya bingung. Ada barang itu saya jual buat makan sehari-hari,” ucap Siti Anita (38) ibu dari A sambil menangis. 

Selama ini, suami Siti bekerja menjadi buruh di luar Cirebon.Setelah beberapa waktu, kondisi A ternyata memburuk. Bahkan, A terpaksa putus sekolah. Siti pun membawa anaknya berobat di puskesmas dan Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Cirebon. 

Ketua RT setempat bernama Ajat Supriadi pun menceritakan awal mula peristiwa itu. Ditemui di rumahnya pada Senin, 13 Mei 2024, Ajat mengatakan bahwa kejadian ini sudah berlangsung sejak beberapa bulan lalu.

BACA JUGA:

Saat itu, Arya baru dua bulan menginjakkan kaki di kelas VI Sekolah Dasar (SD). "Arya itu sebenarnya normal tapi peristiwa itu terjadi ketika Arya memasuki kelas VI. Waktu itu baru dua bulan tiba-tiba kehilangan HP dari jerih payahnya sendiri," ujar Ajat.

Menurut dia Arya berusaha keras untuk memiliki HP. Tujuannya agar bisa berkomunikasi seperti teman-temannya. Arya kemudian bekerja sendiri mengumpulkan uang dari jerih payahnya dalam beberapa bulan dan berhasil membeli HP sendiri.

"Namun kebahagiaan Arya tidak berlangsung lama. HP yang sudah ia beli itu dijual oleh orang tuanya, membuat Arya mulai terganggu pola pikirnya dan malas bersekolah," ucapnya.

Namun setelah Siti menjual HP miliknya, perubahan sikap Arya mulai terlihat. Ia jadi sering melamun."HP itu biasa dia pakai buat main games, seumuran segitu masih suka main games, juga dipake belajar seperti kaya waktu zaman Covid, pake HP itu," tambahnya.

Akibat depresi yang dialaminya, Siti menjelaskan, Arya enggan untuk melanjutkan sekolahnya.

"Sekarang dia kan harusnya kelas 6 pas dua bulan baru masuk kelas 6 itu, dia berhenti. Sampai sekarang dia enggak mau sekolah. Jadi dia itu pernah ngamuk di sekolah, gebrak meja, jadi teman-temannya takut, setelah itu saya putuskan jangan sekolah dulu, karena takut teman-temannya ngerasa ketakutan sama takut di bully," jelasnya.

Siti berharap, depresi yang dialami oleh anak kandungnya itu bisa disembuhkan, agar ia dapat kembali hidup normal layaknya seorang anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: