BMKG Ungkap Cuaca Panas di Wilayah Indonesia, Ternyata Ini Penyebabnya

BMKG Ungkap Cuaca Panas di Wilayah Indonesia, Ternyata Ini Penyebabnya

Cuaca panas akibat badai matahari-Foto: Unsplash.com-berbagai sumber

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan cuaca panas yang akhir-akhir ini terjadi disebabkan posisi matahari yang berada tidak jauh dari ekuator yang sekarang sedang berada di belahan bumi utara (BBU). 

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan, hal tersebut menyebabkan wilayah yang berada di ekuator mendapatkan penyinaran matahari yang maksimum dan menyebabkan suhu udara yang terdapat di wilayah Indonesia terasa lebih panas daripada biasanya. 

“Fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan, jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas [heat wave], karena tidak memenuhi kriteria untuk disebut gelombang panas,” kata Guswanto ketika dihubungi Senin, 29 April 2024.

Ia menjelaskan, merujuk pada data rekapitulasi meteorologi BMKG selama 24 jam terakhir suhu sebagian besar wilayah Indonesia cukup meningkat. Kenaikan berkisar di angka lima derajat di atas suhu rata-rata maksimum harian, dan sudah bertahan sekitar lebih dari lima hari.  

BACA JUGA:

Peningkatan suhu tersebut teramati melanda mulai dari Jayapura, Papua (35,6 celcius), Surabaya, Jawa Timur (35,4 celcius), Palangka Raya, dan Kalimantan Tengah (35,3 celcius). 

Selain itu juga ada peningkatan di Pekanbaru- Melawi, Kalimantan Barat- Sabang, Aceh dan DKI Jakarta (34,4 celcius). Guswanto menyatakan, peningkatan suhu itu tidak sama dengan apa yang dialami sejumlah negara Asia lain seperti Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal dan Cina. Temperatur suhu di beberapa negara tersebut mencapai titk maksimal. 

Berdasarkan laporan rekapitulasi temperatur lembaga Global Deterministic Prediction Sistem, Environment and Climate Chage Canada beberapa hari terakhir suhu di Myanmar, Thailand, India, Bangladesh, Nepal dan Cina mencapai  sebesar 41,9 celcius – 44,6 celcius. 

Hal serupa juga dialami sejumlah kota negara tetangga seperti Malaysia (34,7 – 34,3 derajat celcius) dan Filipina (39,6 – 36,5 derajat celcius). "Secara karakteristik suhu panas terik harian yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari," ujar Guswanto.

Namun demikian, Guswanto menegaskan bahwa fenomena suhu panas yang terjadi di Indonesia bukan merupakan heatwave. Sebab, jika ditinjau secara karakteristik fenomena maupun secara indikator statistik pengamatan suhu, fenomena ini tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas. 

BACA JUGA:

“Secara karakteristik fenomena, suhu panas yang terjadi di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun,” ucapnya. 

Dia menyebut, fenomena yang terjadi karena musim kemarau ini bakal terjadi hingga Agustus 2024. Hal ini dikarenakan awal musim kemarau yang diprediksi pada bulan Mei – Juni 2024. “Puncak musim kemarau 2024 umumnya diprediksi terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024,“ ujar Guswanto. 

Lebih lanjut, BMKG kata Guswanto memberikan imbauan kepada masyarakat agar meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesahatan diri dan lingkungan sekitar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: