Mengenal Kebudayaan Maluku yang Kental dengan Sejarah
Salawa, salah satu tradi di Maluku--
Masyarakat Maluku menampilkan tari Lenso sebagai sebuah tarian untuk menyambut tamu. Tarian ini menyimbolkan ungkapan suka cita dan kegembiraan dalam menyambut tamu yang baru datang. Selain itu, tarian ini juga menyiratkan rasa persaudaraan dan kekerabatan sesama manusia.
Gerakan elok yang ditampilkan dalam tari Lenso terlihat lemah lembut. Hal ini mengartikan sebagai kesatuan, rasa hormat serta ketulusan yang dirasakan oleh masyarakat Maluku saat menerima tamu.
- Sebagai sarana upacara adat
Selain itu, tari Lenso juga berfungsi sebagai sarana acara upacara adat karena lekat akan budaya dan erat kaitannya dengan leluhur. Oleh karena itu, tarian ini dipakai menjadi media dalam ritual adat Maluku dalam tujuan-tujuan tertentu.
- Sebagai sarana ucapan syukur
Tari Lenso juga berfungsi sebagai sarana ucapan syukuran masyarakat, Beberapa kegiatan yang akhirnya membuat masyarakat memberikan ungkapan syukur pada alam seperti hasil panen yang melimpah, dan lainnya.
- Sebagai tarian dalam acara peringatan
Tradisi Maluku juga mengenal beberapa acara peringatan yang penting untuk dilakukan. Pada kegiatan atau acara tersebut, tentunya akan ada kegiatan yang wajib ada dan wajib dihadirkan. Salah satu golongan yang wajib ada adalah tarian ini. Oleh sebab itu, tarian ini sangatlah penting bagi masyarakat Maluku.
4. Upacara Adat Nyuci Negeri Soya
Upacara adat Nyuci Negeri Soya merupakan upacara adat membersihkan negeri. Selain itu, upacara ini juga bermakna untuk menyucikan diri dari perasaan dengki, perseteruan, maupun curiga mencurigai. Upacara adat dilakukan pada minggu kedua bulan Desember yang dipimpin oleh Upulatu atau raja. Ada sejumlah rangkaian dalam upacara adat nyuci negeri Soya ini, yaitu pembersihan negeri, naik ke Gunung Sirimau, upacara adat cuci negeri, cuci air (Wai Werhalouw dan Unuwei) dan masuk kain gandong.
Adat cuci negeri Soya juga telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia pada tanggal 20 Oktober 2015 silam. Penetapan dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Anies Baswedan, pada saat itu. Adat cuci negeri Soya tidak hanya sebagai warisan turun temurun, melainkan juga adat dimaksudkan untuk memelihara kehidupan dan menghidupkan nilai-nilai positif yang agar selalu diingat oleh generasi mendatang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: