Harga Bahan Pangan Meroket Pasca Lebaran, Bawang Merah Tembus Rp70 Ribu per Kg

Harga Bahan Pangan Meroket Pasca Lebaran, Bawang Merah Tembus Rp70 Ribu per Kg

Harga Bawang Merah Melonjak Tajam pasca Lebaran 2024-ilustrasi/Sabrina Hutajulu-DISWAY Grup

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Memasuki H+11 Lebaran, sejumlah harga bahan pangan juga mengalami kenaikan harga.

Berdasarkan data hasil panel Bapanas, harga bawang merah kini sudah mencapai harga Rp70.000 setelah naik 25 ribu dari harga sebelumnya. 

Sementara itu, beberapa pasokan bahan pangan seperti tepung terigu juga juga disinyalir mengalami kemerosotan sebesar 50 persen.

Menanggapi hal ini, Ketua Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo mengemukakan bahwa pihak Bapanas masih terus mengusahakan ketersediaan bahan pangan untuk mengatasi kenaikan harga.

BACA JUGA:Update Harga Pangan Hari Ini 18 April 2024, Cabai Merah Keriting dan Daging Sapi Turun

“Biasanya kalau ada subsidi itu akan diputuskan dalam rapat internal bersama. Tapi yang jelas, nomor satu adalah ketersediaan. Selama sekarang masih ada beras berarti masih ada yang kerja keras untuk mempersiapkan, selama masih ada gula, kita masih kerja keras,” Ujar Arief saat ditemui dalam acara Halal Bihalal yang digelar di Kantor Badan Pangan Nasional pada Kamis (18/04).

“Kalo untuk terigu sendiri itu komoditas impor, jadi yang harus dijaga adalah suplai, kedatangannya, sama pelakunya. Jadi apabila yang gak lancar kemarin, itu yang harus didorong. Jadi apabila gandum itu tidak masuk berarti ada halangan,” Lanjut Arief.

Selain itu, gejolak ekonomi global yang diakibatkan oleh konflik Iran - Israel juga memiliki peran dalam kenaikan harga bahan pangan.

BACA JUGA:Jangan Terbawa Suasana, Begini Cara Bersikap Baik pada Diri Sendiri ketika Depresi

Menanggapi hal ini, Arief mengungkapkan bahwa pihak Bapanas juga tengah menyiapkan berbagai cara alternatif untuk menjaga pasokan bahan pangan agar tetap stabil salah satunya adalah menerima pasokan bahan pangan dari negara lain.

“Itu sudah saya komunikasikan ke BUMN di bidang pangan, jadi kita buat jalan alternatifnya. Misalnya kalo daging gak dari Australia aja, sekarang dari India, dari Brazil sekarang udah dibuka. Nanti sapi hidup gak cuma dari satu negara saja, tapi dari berbagai tempat,” Jelas Arief. (Bianca Chairunisa)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: