Mengerikan! Ini Fakta dan Sejarah Sekte Aghori di India, Salah Satunya Tinggal di Tempat Kremasi

Mengerikan! Ini Fakta dan Sejarah Sekte Aghori di India, Salah Satunya Tinggal di Tempat Kremasi

Baba Keenaram menunjukkan tanda-tanda kecenderungan spiritual sejak usia dini, dan meninggalkan rumahnya pada usia 11 tahun untuk mencari seorang guru.--IndiaTimes

Ia lahir pada hari Chaturdashi, hari keempat belas dari dua minggu gelap bulan lunar Bhadrapada, yang dianggap menguntungkan bagi pemujaan Siwa.

Tak hanya itu, dia juga dilahirkan dengan gigi lengkap, yang merupakan fenomena langka dan merupakan tanda kekuatan spiritual.

Hal unik lain tentang kelahirannya adalah dia tidak menangis dan meminum susu ibunya selama tiga hari setelah kelahirannya. 

Pada hari keempat, tiga orang biksu yang diyakini sebagai manifestasi Brahma, Wisnu, dan Siwa datang ke rumahnya dan menggendong anak itu. 

Mereka membisikkan sesuatu di telinganya, lalu dia mulai menangis dan menerima susu ibunya. Acara ini dirayakan sebagai Lolark Shashthi, sebuah festival Maharaj Shri Keenaram Baba, pada hari kelima kelahirannya.

BACA JUGA:

Pabrik Kembang Api di India Meledak, Tewaskan 8 Korban dan 80 Orang Luka-Luka

Suku Aghori menganut filosofi monistik, yang berpendapat bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah satu dan berasal dari Brahman, realitas tertinggi. 

Mereka percaya bahwa jiwa setiap orang adalah Siwa, perwujudan tertinggi Brahman, namun diselimuti oleh delapan ikatan besar yang menyebabkan ketidaktahuan dan penderitaan. 

Ikatan tersebut adalah kenikmatan indria, kemarahan, keserakahan, obsesi, ketakutan, kebencian, kesombongan, dan diskriminasi. 

Aghori bertujuan untuk melepaskan diri dari ikatan ini dan mencapai moksha, atau pembebasan, dengan menyadari identitas mereka dengan Siwa.

Untuk mencapai tujuan ini, suku Aghori melakukan berbagai praktik yang menantang gagasan konvensional tentang kemurnian dan moralitas. 

Mereka dengan sengaja menganut hal-hal yang tidak suci, tercemar, dan menjijikkan, karena mereka percaya bahwa hal-hal tersebut juga merupakan manifestasi Siwa dan tidak ada sesuatu pun yang secara inheren jahat atau berdosa. 

Mereka juga berusaha mengatasi dualitas hidup dan mati, dengan mengasosiasikan diri mereka dengan orang mati dan orang sekarat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: