Apa Itu Istilah 'Silent Majority' yang Selalu Viral Usai Pemilu?

Apa Itu Istilah 'Silent Majority' yang Selalu Viral Usai Pemilu?

Unggahan reels Instagram Ridwan kamil terkait istilah silent majority.-Foto: Instagram.com/@ridwankamil-

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID -  Pasangan capres dan cawapres Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul dalam hasil sementara quick count Pilpres 2024. Ketua TKD Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka Jawa Barat, Ridwan Kamil menyinggung soal silent majority yang sudah berbicara. 

Hal ini ia sampaikan RK melalui reels di Instagram resminya, pada Rabu, 14 Februari 2024. Reels tersebut berisi tulisan tentang silent majority dan hasil quick count.

Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, dalam unggahan Instagram resminya juga menyinggung soal silent majority pasca dirilisnya quick count.

“Pelajaran. Silent majority sudah berbicara. Siapa Mereka?

  1. Mereka yang menyimak namun jarang komen, mereka yang jarang ribut-ribut di medsos tiap akun ini posting #politik.
  2. Ramai di medsos oleh noisy minority bukan ukuran realitas yang sama di lapangan.
  3. Bulian/ejekan di medsos tidak pernah kami jawab, cukup kami jawab dengan kerja-kerja terukur di lapangan” tulis dalam keterangannya pada Rabu, 14 Februari 2024.

BACA JUGA:

Istilah silent majority ini pertama kali digunakan secara politis oleh Warren Harding dalam kampanyenya pada tahun 1919 silam.

Pada tahun 1960-an, istilah silent majority kembali mendapatkan perhatian dari Nixon sebagai cara untuk menggalangkan semangat para pemilih yang mungkin belum memilih karena merasa tidak puas terhadap pemilu. 

Dalam pidatonya pada tahun 1969, Nixon memakai istilah tersebut untuk menarik sejumlah pemilih yang mendukungnya, meskipun hal itu tidak terjamin dalam jajak pendapat atau kaum intelektual politik dan sosial internasional.

Istilah ini juga digunakan pada tahun 1919 oleh kampanye Calvin Coolidge untuk nominasi presiden tahun 1920. Sebelumnya, frasa tersebut digunakan pada abad ke-19 sebagai eufemisme yang mengacu pada semua orang yang telah meninggal, dan ada pula yang menggunakannya sebelum dan sesudah Nixon untuk merujuk pada kelompok pemilih di berbagai negara di dunia.

Mayoritas yang diam mengacu pada sebagian besar masyarakat yang tidak terlibat aktif dalam politik dan merasa kepentingannya tidak terwakili. Politisi sering kali mencoba menarik demografi ini untuk mendapatkan suara.

Dalam konteks Pemilu, biasanya ada kelompok fanatik, pendukung asik-asik, swing voter hingga I. Mayoritas yang diam kerap diartikan sebagai demografi pemilih yang kuat.

Politisi yang mampu menarik mayoritas yang diam akan bisa memenangkan pemilu dan lebih mudah menyetujui kebijakan mereka.

BACA JUGA:

Istilah silent majority muncul kembali saat Presiden AS 2017-2021 Donald Trump menggunakannya dalam kampanye pemilu pada 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: