Mengenal Sosok Karolina Shiino, Miss Jepang 2024 yang Tanggalkan Gelar dan Picu Kontroversi 'Naturalisasi'

Mengenal Sosok Karolina Shiino, Miss Jepang 2024 yang Tanggalkan Gelar dan Picu Kontroversi 'Naturalisasi'

Profil Karolina Shiino dan Kariernya--

 

Kemenangan Shiino dalam kontes tersebut memunculkan perdebatan diantara masyarakat Jepang dan juga melibatkan sistem demografi Jepang.

Terlepas dari itu, perdebatan di media sosial merebak ke seluruh Jepang, mempermasalahkan apakah Shiino benar-benar layak untuk menerima mahkota "Miss Jepang" tersebut.

Sebagian besar komentar positif berfokus pada fakta bahwa dia kini adalah seorang warga negara Jepang, sementara sebagian lainnya menentang kemenangan Shiino dan menekankan pada masalah etnisitas.

"Orang yang terpilih sebagai 'Miss Jepang' bahkan bukan orang berdarah setengah Jepang, tetapi 100% orang Ukraina. Bukankah itu membuatnya menjadi 'Miss Ukraina?" tulis seorang pengguna (@iwaimichiko) di media sosial X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Mendengar tentang hal itu, setelah memenangkan kontes tersebut, Shiino mengungkapkan rasa terima kasihnya karena sudah diterima sebagai orang Jepang.

"Saya berharap bisa ikut serta dalam membangun masyarakat yang menghargai perbedaan dan tidak mudah menghakimi orang lain dari penampilan luar mereka saja," kata Shiino.

 

Dinilai dari tampilan fisik

Di Jepang, status sebagai orang Jepang secara tradisional dianggap sebagai permasalahan tampilan fisik dan bukan kebangsaan.

Sebagai contoh, seperti kebanyakan orang keturunan setengah Jepang lainnya, pemain tenis Naomi Osaka, dengan ibu yang berasal dari Jepang dan ayah yang berasal dari Haiti, dianggap sebagai orang Jepang karena dia "terlihat" seperti orang Jepang, meskipun dia tidak bisa berbahasa Jepang dengan baik dan baru mendapatkan paspor Jepang pada usia 22 tahun.

Sebaliknya, beberapa orang Jepang merasa tidak familiar, jika warga asing yang tidak memiliki asal-usul Jepang sama sekali seperti Carolina Shiino, justru menjadi warga negara Jepang melalui naturalisasi.

Hal ini terlepas dari kenyataan bahwa ribuan orang telah menerima paspor Jepang setiap tahunnya, termasuk warga asing yang bukan berasal dari Jepang. 

Marti Turunen, misalnya, seorang warga Finlandia yang datang ke Jepang sebagai misionaris dan mengambil kewarganegaraan Jepang pada tahun 1979, lalu mengubah namanya menjadi Marutei Tsurunen, bahkan menjadi anggota majelis tinggi parlemen Jepang dari tahun 2002 hingga 2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: