Media Asing Terkemuka Juluki Cawapres Gibran Rakabuming 'Nepo Baby', Ini Penjelasannya

Media Asing Terkemuka Juluki Cawapres Gibran Rakabuming 'Nepo Baby', Ini Penjelasannya

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Al Jazeera, media asing terkemuka, telah menggambarkan Cawapres Gibran Rakabuming sebagai 'nepo baby' atau bayi nepotisme yang kurang berpengalaman. 

Gelar tersebut merujuk pada seseorang yang meraih kesuksesan dan ketenaran melalui pengaruh keluarga. Istilah "nepo baby" pertama kali muncul pada pertengahan tahun 2022.

Gibran, yang dianggap sebagai salah satu Cawapres paling kontroversial dalam sejarah Indonesia, mengumumkan pencalonannya pada bulan Oktober. 

Namun, sejak saat itu, ia telah menghadapi badai kontroversi, termasuk tuduhan sebagai "nepo baby" dan kritik terkait politik dinasti yang dianggap mengganggu stabilitas politik Indonesia.

Al Jazeera menyoroti bahwa pencalonan Gibran dipermudah oleh keputusan kontroversial Mahkamah Konstitusi yang melonggarkan persyaratan usia minimum untuk calon presiden dan wakil presiden. 

BACA JUGA:

Hal ini menunjukkan dampak langsung kebijakan hukum terhadap dinamika politik dalam negeri.

Pandangan Al Jazeera mengenai Gibran mencerminkan perhatian internasional terhadap politik Indonesia dan memberikan sudut pandang kritis terhadap keterlibatan keluarga dalam urusan pemerintahan. 

Seiring berjalannya waktu, kontroversi seputar status "nepo baby" Gibran Rakabuming dapat terus memengaruhi persepsi terhadap dinamika politik di Indonesia.

Dalam debat Cawapres pada 22 Desember 2023, dengan kehadiran Gibran, Muhaimin Iskandar, dan Mahfud MD, Aljazeera mengutip pandangan sejumlah pengamat. 

Alexander Arifianto dari RSIS Singapura menyatakan bahwa kesan keseluruhan menunjukkan bahwa keraguan terhadap pengetahuan Gibran adalah kesalahan, mengakui keahliannya.

“Kesan saya secara keseluruhan adalah bahwa setiap orang yang ragu-ragu dan mengira Gibran tidak tahu apa-apa, terbukti salah,” kata peneliti di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) Singapura Alexander Arifianto.

BACA JUGA:

Namun, ada pandangan kritik terhadap Gibran, dengan sebagian pengamat menilainya hanya mengandalkan slogan dan fakta, meletakkan gaya di atas substansi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: