Kenali Cara Ilmuwan Memperkirakan Jumlah Bintang di Galaksi
Namun hal itu berubah pada tahun 1920-an ketika Edwin Hubble, berhasil menghitung jarak nebula Andromeda (sekarang dikenal sebagai galaksi Andromeda).
Ia merasa jaraknya terlalu jauh untuk menjadi bagian dari Bima Sakti.
Cara utama para astronom memperkirakan jumlah bintang di suatu galaksi adalah dengan menentukan massa galaksi.
Setelah massa sebuah galaksi ditentukan, selanjutnya, ilmuwan mencari tahu berapa banyak massa yang terdiri dari bintang-bintang.
Sebagai informasi, sebagian besar massa galaksi terdiri dari materi gelap, sejenis materi yang tidak memancarkan cahaya namun diyakini menyusun sebagian besar massa alam semesta.
BACA JUGA:Jangan Anggap Sepele! Inilah Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Stress
“Anda harus memodelkan galaksi dan melihat apakah Anda dapat memahami berapa persentase massa bintang tersebut.
Pada umumnya galaksi, jika Anda mengukur massanya dengan melihat kurva rotasi, sekitar 90 persen di antaranya adalah materi gelap,” kata Kornreich.
Lantaran sebagian besar sisa materi di galaksi terdiri dari gas dan debu yang tersebar, Kornreich memperkirakan bahwa sekitar 3 persen massa galaksi terdiri dari bintang.
Namun angka tersebut bisa bervariasi. Ukuran bintang itu juga bisa sangat bervariasi, mulai dari seukuran matahari kita, hingga puluhan kali lebih kecil atau lebih besar.
Cara untuk mengetahui dengan pasti berapa banyak bintang di Bima Sakti
Menurut Jos de Bruijne, ilmuwan di Badan Antariksa Eropa (ESA) yang bekerja pada misi Gaia yang bertujuan memetakan galaksi, perkiraan saat ini adalah antara 100 hingga 400 miliar bintang. Mendapatkan angka pasti akan sulit.
Misi Gaia yang mengorbit sejak 2013 berhasil memetakan posisi 1,7 miliar bintang di sekitar Matahari hingga jarak 326 tahun cahaya. Meskipun para astronom dapat mengekstrapolasi angka-angka tersebut untuk memodelkan keseluruhan galaksi, Gaia pun kesulitan untuk melihat beberapa bintang yang paling redup dan terkecil, sehingga hasilnya tidak sepenuhnya akurat.
“Masalah mendasarnya adalah mengukur distribusi katai merah yang sangat redup dan kemudian melakukan ekstrapolasi ke batas katai coklat,” kata de Bruijne dikutip dari Space.com.
Katai merah adalah bintang paling umum di alam semesta dan juga yang berumur paling lama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: