Sinopsis Novel Laut Bercerita, Cerita yang Apik dan Menyentuh Hati!
Sinopsis Novel Laut Bercerita - Novel Laut Bercerita, bagi sebagian orang yang memiliki hobi membaca mungkin tak asing lagi mendengar judul novel tersebut.
Novel karya Leila S. Chudori menjadi favorit banyak orang karena memiliki beberapa keunggulan yang tidak ada dalam cerita novel lainnya.
Salah satu keunggulan dari novel "Laut Bercerita" karya Leila S. Chudori terletak pada penggunaan bahasanya. Bahasa yang diterapkan dalam novel ini termasuk dalam kategori yang mudah dipahami oleh pembaca.
Bahkan, isi ceritanya dapat dimengerti dengan hanya membaca sekali saja, tanpa perlu membaca berulang kali. Selain itu, terdapat pula beberapa kosakata yang tidak umum digunakan, yang akan menambah perbendaharaan kata siswa dan sekaligus membantu mereka memahami penggunaannya dalam berbagai konteks kalimat.
Dalam novel "Laut Bercerita," Leila S. Chudori mengambil pendekatan baru dalam mengisahkan tragedi kerusuhan tahun 1998. Leila tidak secara komprehensif menggambarkan seluruh kekacauan zaman Orde Baru, melainkan lebih fokus pada sudut pandang kisah Biru Laut dan rekan-rekannya yang menjadi korban dari kerusuhan tersebut.
Dalam hal ini, novel ini berhasil menyoroti perasaan duka yang dialami oleh mereka yang ditinggalkan, serta memberikan perspektif yang lebih sempit tapi penuh makna mengenai peristiwa tersebut
Novel ini merupakan karya yang luar biasa karena mengangkat narasi sejarah dengan latar belakang peristiwa tragedi Mei 1998 yang dipersembahkan dari perspektif yang berbeda.
Sinopsis Novel Laut Bercerita
Dalam novel "Laut Bercerita," diceritakan kisah seorang mahasiswa yang diberi nama Biru Laut, ia menempuh pendidikan sastra Inggris di UGM dengan tujuan untuk terlibat dalam diskusi dan bertukar pemikiran guna membangun Indonesia.
Biru Laut Wibisono memulai kisah pada tahun 1991. Di lingkungan kampus, ia bergabung dengan kelompok aktivis yang dikenal sebagai Wirasena. Mereka berkumpul di sebuah tempat terpencil bernama Rumah Hantu, di Seyegan.
Di sini, anggota Wirasena, termasuk Kinan, Sunu, Alex, Daniel, Gala (atau Sang Penyair), Gusti, Ahmad, Coki, dan Naratama, sering mendiskusikan karya-karya sastra dari Pram, Rendra, serta buku-buku kiri yang dilarang pada masa Orde Baru.
Namun, risiko tertangkap oleh pihak berwenang sangat besar, karena hal itu bisa mengakibatkan penangkapan dan penjara.
Pada tahun 1998, Laut menjadi Sekjen Wirasena dan kemudian menjadi buronan rezim Orde Baru, bersama rekan-rekannya. Kinan, yang merupakan Ketua Wirasena, khususnya dikejar-kejar oleh pihak berwajib.
Aktivitas mereka dalam membantu masyarakat, seperti menanam jagung di Blangguan, telah diketahui oleh pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: