Membumikan Moderasi Beragama di Indonesia
Membumikan Moderasi Beragama di Indonesia - Sejatinya moderasi beragama bukanlah barang baru sama sekali. Ia telah lama diperbincangkan dan bahkan diamalkan. Namun sebagai sebuah terma, memang baru belakangan mengemuka.
Moderasi beragama amat sangat diperlukan dalam kehidupan keagamaan kita ini. Saat ini, agama, beragama dan umat beragama seolah-olah berdiri sendiri dan saling memunggungi. Padahal agama diciptakan agar umat beragama dapat beragama sesuai esensi ajaran agamanya.
Agama dan beragama merupakan dua tema yang berbeda. Agama adalah ajaran Tuhan, sementara beragama adalah cara memahami dan mengamalkan ajaran itu. Namun, meskipun berbeda makna, keduanya saling bertautan.
Disinilah tantangan bagi umat beragama. Ada beragam perbedaan dalam memaknai ajaran agama, sebagaimana ada ragam agama dan keyakinan. Konflik antar penganut agama muncul ketika beragama dimaknai secara mutlak sebagai agama, lalu saling memaksakan klaim kebenaran atas cara beragama yang beragam itu kepada pihak lain dengan tindak kekerasan.
Moderasi beragama adalah penawar bagi konflik semacam itu. Moderasi Beragama merupakan solusi untuk mengatasi problematika kehidupan antar umat beragama. Hasil yang diharapkan bagi pengejawantahan moderasi beragama adalah kehidupan masyarakat beragama yang damai dan harmonis, halaman 3.
Buku ini adalah karya akademik Menteri Agama Republik Indonesia, periode 2014 - 2019, H. Lukman Hakim Saifuddin, buku ini hadir jelang penganugerahan doktor kehormatan (doctor honoris causa) dalam bidang kajian Islam peminatan moderasi beragama pada akhir Mei 2022 lalu.
BACA JUGA:
- 10 Buku Psikologi Paling Laris yang Bisa Kamu Baca, Cara Membaca Pikiran Anda
- Buku Mitologi Yunani – Buku Theogony Karya Hesiod
- 5 Rekomendasi Aplikasi Baca Buku Gratis Secara Online
Buku ini hadir sebagai refleksi sekaligus evaluasi atas proses mensosialisasikan gagasan mengenai moderasi beragama. Pengalaman berinteraksi dengan pimpinan dan pengurus organisasi keagamaan serta pejabat pemerintahan di bidang keagamaan dari lintas agama, banyak persoalan yang harus kembali di dudukkan. Muncul aneka masalah, kesalahpahaman, dan bahkan tuduhan tak berdasar terkait moderasi beragama.
Buku yang ditulis oleh Mustasyar (penasehat) Pondok Pesantren Al Hamidiyah, Depok, Jawa Barat ini terdiri dari lima (6) bagian utama, yakni;
Bagian 1 Urgensi Moderasi Beragama, yang terdiri dari sub bagian, yakni keberagaman dan keberagamaan di Indonesia, relasi agama dan budaya, relasi agama dan negara, kehadiran agama dalam negara, relasi agama dan konstitusi dan menjelaskan pentingkah moderasi beragama?.
Moderasi beragama sesungguhnya merupakan esensi agama. Ia menjadi sebuah keniscayaan bagi individu yang ingin beragama secara damai dan mencerahkan. Ia juga sebuah kebutuhan bagi masyarakat yang plural dan multikultural seperti Indonesia demi terciptanya kerukunan intra dan antarumat beragama.
Dalam konteks Indonesia, agama dan negara saling terhubung secara unik dan menarik yang di dalamnya terdapat jalinan agama dan budaya.
Keberagaman bangsa Indonesia adalah takdir. Sebuah pemberian Sang Pencipta untuk diterima dan tak perlu ditawar (taken for granted). Sepaket anugerah bagi negeri yang keindahan alamnya luar biasa.
Syekh Mahmud Syaltut, Rektor Universitas Al Azhar Mesir pada tahun 1958-1963, saat mengunjungi Indonesia spontan berucap,” Indonesia adalah serpihan potongan surga yang diturunkan oleh di bumi”, halaman 9-62.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: