JAKARTA,RADARPENA.CO.ID - Jakarta memiliki satu gereja yang sangat megah dan cantik. Bahkan, setiap umat Katolik yang datang ke gereja ini selalu dibuat terpesona, yaitu Gereja Katedral Jakarta. Gereja ini memiliki sejarah yang menarik untuk diketahui.
Gereja Katedral merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi oleh negara. Bahkan, gereja ini juga memiliki peran penting dalam sejarah Indonesia yaitu peristiwa Sumpah Pemuda.
BACA JUGA:Update Harga Pangan Hari Ini 11 Juni 2024 di Berbagai Wilayah, Banyak Komoditas yang Turun
Sejarah Gereja Katedral Jakarta
Pembangunan Gereja Katedral dimulai ketika Paus Pius VII mengangkat Pastor Nelissen sebagai prefek apostik Hindia Belanda pada 1807. Saat itulah dimulai penyebaran misi dan pembangunan gereja Katolik di kawasan Nusantara, termasuk di Jakarta.
Tahun 1808, pastor Nelissen bersama pastor Prinsen tiba di Batavia via Pelabuhan Pasar Ikan. Mereka kemudian bertemu dengan Dokter FCH Assmus untuk membicarakan pendirian gereja Katolik di Batavia. Di tahun yang sama, Pastor Nelissen mendapat pinjaman sebuah rumah bambu yang berlokasi di pojok barat daya Buffelvelt (sekarang menjadi gedung departemen agama) untuk digunakan sebagai gereja, dan menggunakan rumah tinggal perwira sebagai rumah pastoral. Semua bangunan tersebut dipinjamkan dari pemerintah.
Setahun kemudian, umat Katolik mendapat hibah sebidang tanah yang berlokasi di sebelah barat laut Lapangan Banteng dekat pintu air sebagai pengganti rumah bambu. Namun karena ketiadaan dana, pembangunan gereja yang sudah dicanangkan urung dilaksanakan. Pihak gereja pun meminta kepada pemerintah Batavia untuk memberikan sebuah bangunan kecil yang berlokasi di jalan Kenanga di kawasan Senen untuk dijadikan gereja Katolik. Bangunan tersebut milik Gubernur yang sudah dibangun sejak 1770 oleh Cornelis Casteleijn di bawah pengawasan GubernurVan Der Parra.
BACA JUGA:Pamit Makan ke Mie Gacoan, Remaja Putri di Bogor Sudah 6 Hari Tak Kembali
Setelah dilakukan renovasi di berbagai bagiannya, bangunan ini kemudian dijadikan gereja Katolik dan mampu menampung hingga 200 jemaat. Pastor Nelissen sendiri yang kemudian memberkati bangunan gereja tersebut, dengan Santo Ludovikus sebagai pelindungya.
Berdirinya gereja Katolik ini tidak berlangsung lama, pada 1826 terjadi kebakaran hebat yang menghanguskan banyak bangunan di kawasan Senen. Bangunan pastoral ikut menjadi korban, namun bangunan gereja tidak ikut terbakar meski mengalami kerusakan di beberapa bagiannya.
Setelah tragedi yang memilukan tersebut, umat Katolik akhirnya memperoleh tempat yang baru untuk dijadikan gereja. Tempat tersebut adalah rumah dinas para gurbernur jenderal yang telah kosong. Atas perantara Komisaris Jenderal Du Bus de Gisignies, umat Katolik diberi bangunan beserta tanahnya seluas 34×15 meter persegi dengan beberapa persetujuan.
Cobaan ternyata tidak hanya sampai di situ. Bangunan Gereja Katedral sempat ambruk pada 1890, tiga hari setelah gereja merayakan paskah. Satu tahun setelah itu, bangunan gereja direnovasi dalam dua tahap, dan selesai pengerjaannya dalam kurun waktu 10 tahun setelah sempat terhambat pembangunannya.
BACA JUGA:Mobil Listrik Premium Zeekr Segera Mengaspal di Indonesia, Berapa Harga yang Ditawarkan?
Gereja Katedral merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang patut dijaga dan dilestarikan. Di dalamnya terdapat perpustakaan dan museum yang menjelaskan sejarah penyebaran ajaran Katolik di tanah Jakarta.
Bangunan Gereja Katedral sekarang diresmikan pada tanggal 21 April 1901 oleh Vikaris Apostolik Batavia saat itu, Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen SJ.