Bayu menyebutkan bahwa stok impor beras saat ini yang sudah masuk adalah sekitar 1,2 juta hingga 1,3 juta ton dari kuota sebanyak 3,6 juta ton untuk 2024.
Dalam kesempatan terpisah, Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Bulog Mokhamad Suyamto menilai harga beras hanya bisa turun sekitar Rp100 hingga Rp200 meski sudah mulai panen raya.
Ia menjelaskan harga gabah sudah cenderung menurun di sekitar Rp7.000.
"Sekarang di beberapa lokasi sudah mulai panen. Harga gabah juga sudah cenderung turun, yang kemarin sempat di atas Rp8.000, sekarang kisaran gabahnya kan sekitar Rp7.000," kata Suyamto dalam konferensi pers di Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta Pusat.
Ia menambahkan pasokan beras ke ritel modern hingga ke pasar tradisional sudah mulai berangsur-angsur bertambah. Melihat hal itu, ia berharap harga beras semakin terkendali.
"Kalau kita lihat data pantauan kami, harga di produsen itu sudah turun," ujarnya lebih lanjut.
Suyamto merinci harga gabah kering panen (GKP) sekitar Rp7.000 sampai Rp7.200. Sementara harga beras di penggilingan itu Rp12.800 sampai Rp13 ribu.
"Ini nanti mudah-mudahan di tingkat konsumen segera diturunkan. Walau memang sudah terjadi penurunan, (harga) masih belum signifikan penurunannya, masih sekitar Rp100-Rp200," pungkasnya.
Sementara itu, para petani Indonesia pun bisa menerima keputusan Perum Bulog untuk impor beras.
Mengingat itu hanya sebagai stok guna cadangan bahan pangan negara.
Sebab negara perlu untuk memiliki stok cadangan bahan pangan terutama beras.
Hal tersebut bisa saja diperlukan lantaran adanya resiko akibat gagal panen karena faktor hama.