Berbeda dari masjid pada umumnya, masjid ini tidak punya kubah berbentuk bulat di bagian atap, melainkan berbentuk lima. Unsur budaya Betawi bisa dilihat dari adanya goresan gigi balang dan pagar langkan yang biasa dilihat di rumah-rumah orang betawi.
3. Taman Makam Wijaya Kusuma
Wijaya Kusuma merupakan salah satu nama kelurahan di Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Bukan tanpa alasan, nama Wijaya Kusuma diambil dari nama salah satu tokoh penting pada abad ke-17 silam.
Pangeran Wijaya Kusuma merupakan seorang Pangeran yang berjuang melawan penjajah Belanda di Batavia. Beliau menjadi penasehat sekaligus panglima perang ketika masa kejayaan Pangeran Jayakarta.
4. Masjid Jami' Al Anwar
Arsitektur masjid ini memperlihatkan perpaduan yang harmonis di antara unsur-unsur budaya Bali, Belanda, Jawa, dan Tionghoa. Bentuk dasar bangunan yang bujur sangkar serta atap limasan yang bersusun dua memperlihatkan pengaruh Jawa. Ujung-ujung atapnya yang sedikit melengkung ke atas, mengacu pada gaya punggel rumah Bali. Sementara kusen-kusen pintu, daun pintu ganda, lubang angin di atas pintu, dan anak-anak tangga di depan menampilkan unsur Belanda. Jendela-jendela kayu, dengan terali kayu bulat torak yang dibubut, dan juga tiang-tiang utama, pun mengesankan pengaruh Jawa. Tetapi ada pula yang menganggap bahwa ujung atap yang melengkung itu lebih mirip atap rumah Cina, sedangkan tiang dan jendelanya terpengaruh Belanda.
Masjid ini juga mencerminkan keragaman etnis yang ada di Indonesia atau dulu disebut Nusantara sehingga, semua ini menjadi sebuah cerita sejarah maupun arsitektur yang sangat Bhinneka sekali. Dianggap sebagai sebuah representasi kebhinekaan etnik yang ada di Indonesia. Mengingat nilai sejarahnya, Masjid Angke ditetapkan sebagai cagar budaya.
BACA JUGA:6 Rekomendasi Wisata Religi di Solo yang Banyak Pengunjung
5. Masjid Langgar Tinggi
Masjid Langgar Tinggi menjadi tempat ibadah sekaligus cagar budaya yang dibangun pada tahun 1829. Lokasinya di Jalan Pekoan Raya Nomor 43, , Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Pada dasarnya, langgar sama artinya dengan masjid, yang difungsikan sebagai tempat ibadah. Langgar Tinggi dibangun oleh seorang Kapitan Arab pertama di Batavia benama Syekh Said bin Naum. Mayoritas langgar ini didatangi oleh orang-orang India yang berdagang. Arsitektur bangunan Langgar Tinggi mengadopsi gaya Eropa, Moor, China, dan Jawa. Ini dapat dilihat dari bentuk jendela, serta mimbar yang ada di dalam langgar.