Vape: Benarkah Lebih Aman Dibanding Rokok Konvensional?

Selasa 19-03-2024,07:30 WIB
Reporter : Reza Fahlevi
Editor : Dimas Satriyo

JAKARTA, RADARPENA.DISWAY.ID - Rokok elektrik, atau vape, bukanlah penemuan baru. Sejarahnya menjejak jauh ke tahun 1930, namun baru dalam beberapa tahun terakhir popularitasnya meledak, menarik perhatian masyarakat.

Di Indonesia, vape menjadi perbincangan hangat, memicu pro dan kontra. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahkan mengusulkan larangan penggunaannya, sejalan dengan sikap Kementerian Kesehatan yang tegas melarang konsumsi vape.

Vape dan rokok konvensional, meski berbeda dalam cara kerja, memiliki kesamaan yang tak terbantahkan: keduanya sama-sama berbahaya bagi kesehatan.

Perbedaan utama terletak pada penggunaan tembakau. Rokok konvensional mengandung tembakau, sedangkan vape tidak.

BACA JUGA:

Namun, anggapan bahwa vape lebih aman karena tanpa tembakau adalah keliru. Vape mengandung berbagai zat lain yang tak kalah berbahayanya.

Jejak Nikotin: Dari Rokok ke Vape

Perdebatan tentang bahaya rokok dan vape terus bergulir. Pertanyaannya, mana yang lebih aman?

Sebelum menjawabnya, mari kita telusuri kandungan berbahaya dalam keduanya:

Rokok Konvensional:

  • Asetaldehida
  • Aseton
  • Arsenik
  • Akrolein
  • Amonia
  • Benzena
  • Kadmium
  • Kromium
  • Formaldehida
  • Nitrosamin
  • Toluena
  • Nikotin
  • Tar
  • Karbon monoksida

BACA JUGA:

Vape:

  • Nikotin (pada beberapa jenis)
  • Propilen glikol
  • Gliserin nabati
  • Perasa
  • Logam berat (pada beberapa produk)

Meskipun vape tidak mengandung tembakau, bukan berarti vape lebih aman. Kandungan dalam vape, seperti propilen glikol dan gliserin nabati, dapat mengiritasi paru-paru dan meningkatkan risiko penyakit pernapasan.

Uap yang mengepul dari vape bukan sekadar air biasa. Di balik asapnya yang menipu, vape mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan.

BACA JUGA:

Kategori :