JAKARTA,RADARPENA.DISWAY.ID - Baru-baru ini, sedang menjadi tren para Gen Z Korea Selatan memilih untuk berjualan kaki lima ketimbang kerja kantoran menjadi sorotan.
Mereka tertarik karena penjualan dapat meraih keuntungan tinggi.
Lee Dohyeong, menjalani hari-harinya sebagai pedagang kaki lima sekaligus pemilik lapak Bungeoppang di TaeGye-dong, Chuncheon.
Cowok berusia 19 tahun ini mendirikan lapaknya sekitar 500 ribu Won atau setara dengan Rp 5,9 juta sedangkan omset bulanannya mencapai minimal 3 juta Won atau setara Rp 35 juta.
Ia juga merencakan setelah selesai menjalani wajib militer (wamil) akan mengumpulkan modal untuk menjajaki berbagai usaha lain.
Hal serupa juga dialami oleh Kwon Yongju, pedagang ubi jalar di Seoksa-dong, Chuncheon.
Ia melihat peningkatan pada bisnisnya.
Pria berusia 29 tahun ini mengungkapkan bahwa dia mampu menjual 30 kilogram (kg) ubi jalar hanya dalam waktu tiga jam, dapat menghasilkan keuntungan bersih lebih dari 200 ribu Won atau setara Rp 2,3 juta.
Lapak Bungeoppang, Hotteok, dan ubi jalar yang dikelola oleh generasi Z di sejumlah tempat seperti Hanaro Mart Cheorwon, Kimhwa Nonghyup Main Market di Yanggu, semakin populer.
Bahkan data dari Badan Statistik Korea, jumlah pekerja di sektor 'Usaha Penjualan keliling dan Lapak' yang mencakup Bungeoppang, ubi jalar panggang, dan Hotteok mencapai 372.000 orang pada semester kedua tahun ini, mengalami penurunan sekitar 2.000 orang dibandingkan dengan semester kedua tahun 2020.
Namun, pada periode yang sama, jumlah pekerja berumur 30 tahunan meningkat sekitar 8.000 orang, mencapai 109.000 orang pada semester kedua tahun lalu, merupakan angkat tertinggi sejak tahun 2018.