Pada awalnya pasar ini tidak didesain sebagai pasar loak.
Sebab kawasan Comboran merupakan tempat perlintasan kereta api.
Dulu Kota Malang memiliki moda transportasi bernama trem.
Lebih tepatnya kereta penumpang jarak pendek atau Komuter.
Karena adanya stasiun ini membuat kawasan Comboran menjadi lokasi strategis bagi dokar atau yang biasa dikenal "cikar/ delman" saat itu.
Seiring berkembangnya waktu, puluhan bahkan ratusan dokar/ delman biasa menunggu (bahasa Malangnya ngetem) di kawasan itu untuk menanti penumpang atau beristirahat.
Orang Jawa bila sedang memberi minum kuda disebut "nyombor".
Itulah mengapa disebut dengan nama kawasan "Comboran".
Lama kelamaan, para penumpang trem kemudian membawa dagangan hasil pertanian mereka.
Mereka secara otomatis melakukan jual beli di stasiun tersebut sambil menunggu datangnya kereta.
Pada masa setelah hadirnya Jepang di Indonesia, banyak orang Belanda yang tertangkap dan ditahan.
Akibatnya banyak warga pribumi yang bekerja sebagai pembantu mendapatkan peninggalan berupa pakaian hingga perabotan rumah tangga.