JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Majalah Forbes menobatkan Prajogo Pangestu sebagai orang terkaya di Indonesia dengan total harta kekayaan bersih mencapai 55.6 miliar dolar atau setara dengan Rp 862.8 triliun (kurs Rp 15.519 per dollar AS).
Tidak hanya Prajogo Pangestu yang menjadi orang terkaya di Indonesia, namun ada beberapa nama lain yang masuk ke dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Seperti diantaranya Low Tuck Kwong, Budi Hartono, Michael Hartono, Sri Parakash Lohia, dan Chairul Tanjung.
Melansir dari keterangan Forbes, Prajogo Pangestu juga berada di urutan ke-24 sebagai orang terkaya di dunia per 4 Januari 2024.
Sebagai orang terkaya nomor satu di Indonesia, ternyata Prajogo mempunyai kisah menarik pada masa lalunya. Ia pernah menjadi sopir angkot sebelum dirinya menjadi kaya raya seperti ini.
Lantas bagaimana profil dan perjalanan kisah hidup Prajogo Pangestu hingga mencapai kesuksesaan saat ini? Simak pada ulasan artikel berikut ini.
BACA JUGA:Terbaru! Daftar 5 Orang Terkaya di Indonesia Versi Forbes, 3 Kolongmerat Ini Posisinya Tergeser
BACA JUGA:Sosok Bos PSS Sleman Agoes Projosasmito Orang Terkaya Nomor 8 di Indonesia
Profil Prajogo Pangestu
Merangkum informasi dari berbagai sumber, Prajogo Pangestu merupakan kolongmerat yang lahir pada 13 Mei 1944 di Bengkayang, Kalimantan Barat. Prajogo telah menikah dan dikaruniai tiga orang anak.
Saat ini, Prajogo Pangestu menjalankan bisnis petrokimia hingga energi terbarukan. Dimana hal tersebut menjadi sumber kekayaannya.
Diketahui kekayaan Prajogo Pangestu dihasilkan melalui dari perusahaan PT Barito Pacific Timber (BRPT), PT Chandra Asri Petrochemical (TPIA), PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN).
Keluarga Sederhana dan Menjadi Sopir Angkot
Sebelum menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia, Prajogo Pangestu terlahir dari keluarga yang sederhana. Diketahui bahwa nama asli dari Prajogo Pangestu adalah Phang Djoem Pen.
Mengenai pendidikannya, Prajogo tidak menyelesaikan pendidikan hingga bangku SMA. Atas hal tersebut membuat dirinya bekerja sebagai sopir angkot untuk bertahan hidup.
Namun takdir berkata lain, pada tahun 1960-1an ketika dirinya masih menjadi sopir angkot Prajogo Pangestu bertemu dengan seorang pengusaha kayu dari Malaysia bernama Bong Sun On atau Burhan Uray sapaannya.