JAKARTA,RADARPENA.CO.ID - Apakah anda sudah mengenal tentang Rohingya yang akhir - akhir ini sempat viral kembali karena mengungsi ke Indonesia?
Etnis Rohingya sendiri adalah penduduk minoritas beragama Islam yang bertempat tinggal di daerah Myanmar, tepatnya Provinsi Arakan di sisi sebelah barat laut Myanmar.
Daerah ini berbatasan dengan Bangladesh dan sekarang dikenal dengan provinsi Rakhine atau Rakhaing.
Rohingya merupakan keturunan campuran (Arab, Moor, Turki, Persia, Mogul dan Pathan), Bengali lokal dan Rakhine.
Setelah kemerdekaan Myanmar, etnis Rohingnya sebenarnya memiliki peranan dalam pemerintahan. Bahkan ada warga Rohingnya yang menjadi menteri di pemerintahan Myanmar pada tahun 1940-1950.
Penyebab konflik etnis di Myanmar bermula saat Jenderal Ne Win melakukan kudeta hingga pada akhirnya berhasil menjadi Presiden.
Banyak faktor yang menjadi pemicu awal dari konflik yang berkepanjangan ini.
BACA JUGA:
- Mengenal Etnis Rohingya, Warga Campuran Dianggap Berbeda Etnis, Sering Diperlakukan Tak Manusiawi!
- Ratusan Pengungsi Rohingya Kembali Mendarat di Kota Pidie Aceh, 10 Orang Kabur Diduga Perantara
Sejarah etnis Rohingya di Myanmar sebagai penduduk minoritas beragama Islam, bertempat tinggal di daerah Myanmar tepatnya Provinsi Arakan di sisi sebelah barat laut Myanmar berbatasan dengan Bangladesh, dan sekarang dikenal dengan provinsi Rakhine atau Rakhaing.
Mereka berbicara versi Chittagonian, dialek regional Bengali yang juga digunakan secara luas di seluruh bagian tenggara Bangladesh.
Namun, pada tahun 1962 ketika Jenderal Ne Win melakukan kudeta hingga pada akhirnya menjadi Presiden di Myanmar, sistem politik Myanmar berubah menjadi lebih otoriter.
Konflik yang kerap muncul di Myanmar yang melibatkan antar etnis terjadi dalam kurun 1991 sampai sekarang. Banyak faktor yang menjadi pemicu awal dari konflik yang berkepanjangan ini, mulai dari kasus pemerkosaan, diskrimasi warga minoritas, dan masalah entitas etnis.
Penyebab Konflik Etnis di Myanmar
1.Kecemburuan Etnis Rakhine Terhadap Etnis Rohingya
Hal tersebut dikarenakan populasi etnis Muslim Rohingya dalam beberapa tahun terus meningkat.
Bagi mereka, keberadaan etnis Rohingya dianggap sebagai sesuatu yang terus mengganggu.
Keberadaan etnis Rohingya dianggap mengurangi hak atas lahan dan ekonomi, khususnya di wilayah Arakan, Rakhine yang menjadi pusat kehidupan etnis Muslim Rohingya.