Tidak ada alasan untuk menafsirkan surat tersebut sebagai merujuk pada peperangan yang sebenarnya. Akan tetapi yang lebih penting, surat ini secara langsung memberi tahu kita bagaimana konflik ini berakhir.
Dikatakan bahwa raja orang Het dan raja Yunani ‘telah berdamai’ mengenai konflik Troy. Oleh karena itu, konflik tersebut diselesaikan secara damai. Hal ini tentu tidak cocok dengan Perang Troya yang legendaris.
Menurut legenda dalam mitologi Yunani, orang-orang Yunani mengalahkan Troy dan membakarnya hingga rata dengan tanah.
Oleh karena itu, referensi orang Het mengenai konflik Wilusa tidak dapat digunakan untuk membuktikan bahwa Perang Troya benar-benar terjadi. Cara mengakhiri Perang Troya sama sekali berbeda dengan cara mengakhiri konflik bersejarah ini.
Troy menunjukkan tanda-tanda kehancuran sekitar tahun 11300 SM. Setelah itu, menunjukkan tanda-tanda kehancuran sekitar tahun 1180 SM.
Namun, tidak ada bukti kehancuran atau peperangan antara kedua tanggal tersebut. Surat Tawagalawa bertanggal sekitar 1250 SM. Ini terjadi jauh sebelum tahun 1180 tetapi jauh setelah tahun 1300 SM.
Oleh karena itu, tidak ada bukti adanya kehancuran di Troy pada masa dokumen Het ini. Arkeolog juga mendukung kesimpulan bahwa konflik tersebut berakhir dengan damai.
BACA JUGA:
- Sejarah Kerajaan Kalingga Dan Fakta Yang Terkait Masa Kejayaan Kalingga
- Intip Sejarah Dan Keindahan Wisata Kawah Dieng Wonosobo
Troya sendiri masih menjadi situs arkeologi penting hingga saat ini. Penemuan-penemuan di situs tersebut telah memberikan wawasan tentang peradaban kuno dan memperkuat kebenaran sejarah peristiwa-peristiwa yang ada dalam mitologi Troya.
Dalam perjalanan panjangnya, Perang Troya telah dikenang sebagai sebuah perang epik yang menampilkan kisah cinta, pengorbanan, dan pengkhianatan. Kisahnya tetap relevan hingga saat ini dan telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam warisan budaya manusia.