Mengenal Fenomena Quiet Quitting, Perspektif Generasi Z di dalam Dunia Kerja

Mengenal Fenomena Quiet Quitting, Perspektif Generasi Z di dalam Dunia Kerja

Quiet Quitting/ilustrasi-ilustrasi-Berbagai Sumber

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena "quiet quitting" telah menjadi topik hangat dalam diskusi tentang dunia kerja.

Istilah ini merujuk pada sikap karyawan yang hanya melakukan tugas sesuai deskripsi kerja tanpa mengambil inisiatif untuk melampaui ekspektasi.

Fenomena ini banyak diamati di kalangan Generasi Z, kelompok usia yang baru memasuki dunia kerja.

Namun, mengapa sikap ini menjadi begitu umum di generasi muda? Apa yang mendasari pilihan mereka untuk "berhenti secara diam-diam" dari dedikasi total terhadap pekerjaan?

Quiet quitting tidak berarti karyawan benar-benar berhenti dari pekerjaan mereka. Sebaliknya, mereka tetap menjalankan tugas utama namun tanpa menambahkan upaya ekstra seperti bekerja lembur atau menerima tanggung jawab tambahan. Sikap ini ditandai oleh:

  1. Batasan waktu kerja: Menghindari lembur atau kerja di luar jam kerja normal.
  2. Tugas minimal: Hanya menyelesaikan pekerjaan sesuai deskripsi tugas.
  3. Kurangnya inisiatif: Tidak terlibat aktif dalam proyek tambahan atau pengembangan perusahaan.

1. Prioritas pada Keseimbangan Hidup

Generasi Z tumbuh dalam era yang menekankan pentingnya kesehatan mental dan keseimbangan hidup. Setelah pandemi COVID-19, banyak dari mereka menyadari betapa pentingnya memiliki waktu untuk keluarga, teman, dan hobi di luar pekerjaan.

“Mereka tidak melihat pekerjaan sebagai prioritas utama. Generasi ini lebih menghargai kebebasan dan keseimbangan hidup daripada lembur panjang tanpa kejelasan imbalan,” ujar seorang pengamat tenaga kerja.

2. Kekecewaan terhadap Lingkungan Kerja

Masuk ke dunia kerja dengan harapan tinggi, banyak Gen Z merasa tidak dihargai secara layak. Gaji yang rendah, penghargaan minim, serta karier yang stagnan mendorong mereka untuk tidak memberikan lebih dari apa yang diwajibkan.

Mereka cenderung skeptis terhadap budaya kerja yang menuntut dedikasi penuh tanpa memberikan imbalan setimpal.

3. Pandangan Baru tentang Makna Pekerjaan

Bagi Generasi Z, pekerjaan bukanlah satu-satunya tujuan hidup. Mereka lebih tertarik pada pekerjaan yang memiliki dampak sosial, berkontribusi pada lingkungan, atau memberikan arti lebih dalam pada hidup mereka.

Ketika mereka merasa pekerjaannya tidak selaras dengan nilai-nilai pribadi, mereka memilih untuk tidak memberikan upaya ekstra.

Burnout atau kelelahan akibat tekanan kerja menjadi masalah serius di dunia kerja modern. Generasi Z sangat menyadari risiko ini, terutama setelah menyaksikan generasi sebelumnya berjuang dengan kesehatan mental akibat beban kerja yang berat.

Mereka memilih untuk tidak terlalu ambisius agar tetap sehat secara fisik dan emosional dalam jangka panjang. Quiet quitting menjadi strategi perlindungan diri untuk menghindari efek negatif dari tuntutan kerja yang berlebihan.

Peluang untuk bekerja secara fleksibel, seperti menjadi freelancer atau bekerja jarak jauh, semakin menarik bagi generasi muda. Mereka merasa tidak perlu terikat dengan rutinitas kerja tradisional yang membatasi kreativitas dan kebebasan mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: