Peringatan Dini WHO! Wabah Mpox Jadi Wabah Global Meluas dari Afrika

Peringatan Dini WHO! Wabah Mpox Jadi Wabah Global Meluas dari Afrika

Kasus Mpox menjadi Wabah Global--

Berbeda dengan wabah mpox sebelumnya, di mana ruam atau lesi kebanyakan terlihat di dada, tangan, dan kaki, varian baru mpox ini menyebabkan gejala yang lebih ringan dan lesi pada alat kelamin. Hal ini membuatnya lebih sulit terdeteksi, sehingga orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi dan bisa menularkan penyakit ini ke orang lain.

WHO juga melaporkan bahwa mpox baru-baru ini terdeteksi untuk pertama kalinya di empat negara Afrika Timur: Burundi, Kenya, Rwanda, dan Uganda. Semua wabah ini terkait dengan epidemi yang terjadi di Kongo. Tedros menyatakan kekhawatirannya bahwa penyakit ini dapat menyebar lebih jauh di Afrika dan ke luar benua tersebut.

Di Pantai Gading dan Afrika Selatan, otoritas kesehatan melaporkan wabah mpox yang berbeda dan lebih ringan yang menyebar secara global pada tahun 2022.

BACA JUGA:Cara Mudah Mengubah Faskes BPJS Kesehatan saat Pindah Luar Kota, Gak Perlu Ganti Kartu

Arti Deklarasi Darurat WHO

Deklarasi darurat dari WHO ini dimaksudkan untuk mendorong lembaga donor dan negara-negara untuk segera mengambil tindakan. Namun, respons global terhadap deklarasi serupa sebelumnya berbeda-beda.

Direktur Jenderal Africa CDC, Dr. Jean Kaseya, mengatakan bahwa deklarasi darurat kesehatan ini bertujuan "untuk menggerakkan lembaga-lembaga kita, kehendak kolektif kita, dan sumber daya kita untuk bertindak cepat dan tegas." Dia juga meminta bantuan dari mitra internasional Afrika, dengan menegaskan bahwa peningkatan jumlah kasus di Afrika sebagian besar telah diabaikan.

Sebelum pertemuan darurat WHO, Tedros menyatakan bahwa pejabat kesehatan menghadapi beberapa wabah mpox di berbagai negara dengan "cara penularan yang berbeda dan tingkat risiko yang berbeda pula."

"Untuk menghentikan wabah-wabah ini, diperlukan respons yang spesifik dan menyeluruh," ujarnya.

Greg Ramm, Direktur Save the Children untuk Kongo, mengatakan bahwa organisasinya sangat khawatir dengan penyebaran mpox di kamp-kamp pengungsi yang padat di wilayah timur Kongo, di mana terdapat sekitar 345.000 anak "berdesakan di dalam tenda-tenda dalam kondisi yang tidak higienis." Ia juga menyatakan bahwa sistem kesehatan Kongo sudah kewalahan dengan masalah kekurangan gizi, campak, dan kolera.

 

Dr. Boghuma Titanji, seorang ahli penyakit menular di Emory University, mengatakan belum jelas mengapa anak-anak begitu terdampak oleh mpox di Kongo. Ia menyebutkan bahwa mungkin saja anak-anak lebih rentan terhadap virus ini atau faktor sosial seperti kepadatan penduduk dan paparan dari orang tua yang terinfeksi mungkin menjadi penyebabnya.

BACA JUGA:Dampak Negatif Kesehatan Mental Terhadap Produktivitas Reproduksi: Pria dan Wanita Wajib Paham

Cara Mpox Dapat Dihentikan

Wabah mpox pada tahun 2022 di puluhan negara sebagian besar berhasil dikendalikan dengan penggunaan vaksin dan pengobatan di negara-negara kaya, serta dengan meyakinkan orang untuk menghindari perilaku berisiko. Namun, di Afrika, vaksin dan pengobatan hampir tidak tersedia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: