Kemenkes Ungkap Faktor Utama Penyebab Kasus DBD 2024 Lampaui Rekor Tahun Lalu

Kemenkes Ungkap Faktor Utama Penyebab Kasus DBD 2024 Lampaui Rekor Tahun Lalu

Direktur P2PM Imran Pambudi -Foto: YouTube Stop TB Partnership-

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Peningkatan kasus DBD tahun 2024 terjadi hampir di seluruh kabupaten/kota di Indonesia.

Secara nasional, Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus DBD hingga pertengahan tahun 2024 sebanyak 149.866 kasus. Jumlah ini telah melampaui total kasus DBD di tahun 2023 yang sebanyak 114.720 kasus.

Dalam hal upaya pencegahan dan pengendalian DBD di Indonesia, Kemenkes memperkuat surveilans dan sistem kewaspadaan dini, revitalisasi pokjanal DBD, perkuat komitmen daerah untuk penerapan PSN 3M Plus dan G1R1J, serta penyebaran nyamuk berwolbachia.

Selain itu, Kementerian Kesehatan sejak awal tahun sudah memberikan peringatan kewaspadaan terkait peningkatan kasus DBD dengan mengeluarkan Surat Edaran Dirjen P2P.

"(Kami) juga sudah mendistribusikan logistik, seperti RDT NS1, larvasida, dan insektisida ke setiap provinsi," ungkap Direktur Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Kemenkes dr. Imran Pambudi, MPHM kepada Disway, 12 Juli 2024.

Namun, lanjutnya, upaya pencegahan dan pengendalian di daerah masih belum optimal.

BACA JUGA:

Salah satu penyebabnya karena kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mendukung program DBD, seperti PSN 3M Plus melalui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) masih kurang.

"Pelaksanaan PSN 3M Plus oleh masyarakat belum dievaluasi hasilnya, kegiatan PSN hanya berupa kerja bakti/gotong royong membersihkan sampah kurang menyasar pada pemberantasan sarang nyamuk."

Kendala berikutnya adalah komitmen daerah dalam pencegahan DBD termasuk deteksi dini belum optimal.

"Karena keterbatasan SDM dan ketersediaan anggaran APBD masih minim (DBD bukan prioritas) menyebabkan konsistensi dan intensitas program pengendalian DBD masih belum optimal," paparnya.

Faktor terakhir akibat adanya perubahan iklim, seperti el nino dan la nina.

"Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banyak terbentuknya tempat penampungan dan genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan vektor nyamuk Aedes aegypti," imbuhnya.

Hal ini turut dipengaruhi oleh kondisi kepadatan penduduk kota serta mobilitas penduduk yang cukup tinggi menjadi faktor meningkatnya kasus DBD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: