Peringatan Dini BMKG: Indonesia Diperkirakan Alami Musim Pancaroba Pada Maret hingga April 2024

Peringatan Dini BMKG: Indonesia Diperkirakan Alami Musim Pancaroba Pada Maret hingga April 2024

BMKG melaporkan bahwa cuaca hari ini 2 Agustus 2024 akan cerah berawan dan pada malam hari akan terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga disertai petir-Foto: Ilustrasi-Pinterest

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan dini terkait potensi terjadinya cuaca ekstrem di Indonesia pada musim pancaroba yang terjadi di bulan Maret hingga April 2024.

BMKG mengimbau kepada masyrakat untuk meningkatkan waspada dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca yang terjadi dalam durasi singkat, yang juga bisa disertai petir/kilat dengan angin kencang termasuk bisa terjadinya hujan es.

"Selama periode pancaroba, masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaan dan antisipasi dini terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati di Jakarta, Minggu 25 Februari 2024.

BACA JUGA:Pantau Hilal Ramadan 1445 H, BMKG Observasi Matahari Terbenam di 29 Lokasi

BACA JUGA:BMKG Laporkan Perbedaaan Awal Puasa Ramadhan 1445 Hijriah di Indonesia

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menjelaskan berdasarkan hasil analisa dinamika atmosfer, pihaknya mendapati bahwa saat ini puncak musim hujan telah terlewati di berbagai wilayah Indonesia, khususnya bagian Selatan Indonesia. 

Hal ini pun mengindikasikan bahwa wilayah tersebut akan mulai memasuki peralihan musim di bulan Maret hingga April 2024.

Menurut Dwikorita, salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari, dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. 

Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi (pengangkatan massa udara) dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Lanjut Dwikorita, Karakteristik hujan pada periode ini cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. 

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkatkan.

"Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. Bentuknya seperti bunga kol, warnanya ke abu-abuan dengan tepian yang jelas," paparnya.

BACA JUGA:Melihat Kecepatan dan Putaran Angin, BMKG: Puting Beliung di Rancaekek Merupakan Small Tornado

BACA JUGA:Siap-siap! BMKG Sebut Sejumlah WIlayah di Indonesia Mulai Masuk Musim Kemarau, Mana Saja?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: