Inilah Sosok Brigjen TNI Nugraha Gumilar, Anak Yatim yang Kelahirannya Tak Diharapkan
Ketika ia lahir, sang ayah Nazar Gumbira berkesempatan sekolah di Belanda.
Karena itulah ia lantas diberi nama Nugraha Gumilar yang artinya anugerah yang terhampar.
Pertolongan Tuhan terus dirasakan Gumilar dan keluarga. Pun saat ayahnya, Nazar Gumbira meninggal dunia akibat jatuhnya Pesawat Casa 212 Nurtanio pada Januari 1980.
BACA JUGA:
- Cek Jadwal Operasinonal dan Kesiapan Bank Selama Libur Natal dan Tahun Baru 2024
- Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS 20 Desember Justru Menguat saat The Fed 'Bingung' soal Suku Bunga
- Mensesneg Tanggapi Pernyataan Cak Imin Soal Jalan Tol: 'Memang Bukan untuk Tukang Becak'
Gumilar yang kala itu masih berusia 12 tahun terpaksa menjadi yatim.
Sejak itu Gumilar tidak punya figur bapak dan dibesarkan oleh ibu yang berjuang membesarkan ketujuh anak-anaknya.
Tuhan pun bekerja. Ketika kesulitan semakin terasa, sekitar tahun 1982, atau 2 tahun sepeninggal ayahnya, Nurtanio memberikan kesempatan kepada para janda korban keselakaan pesawat Casa untuk membuka usaha kantin di Nurtanio.
Hal ini tentu saja mendatangkan perbaikan hidup keluarga.
Pertolongan Tuhan melalui tangan orang di sekitar kembali terjadi saat ia lulus SMA.
Sadar kemampuan finansial keluarga, Gumilar berusaha mencari pendidikan lanjut yang tidak memungut biaya alias gratis.
Mulai dari Akmil, Ilmu Gizi, Ilmu Pelayaran, hingga keperawatan. Pilihan jatuh ke Akmil.
Mengetahui anak bungsunya itu mendaftar ke Akmil, sang ibu memberikan secarik kertas yang isinya berpesan agar Gumilar menemui seseorang di Kantor Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau) di Husein Satranegara.
Ia adalah Marsekal Pertama TNI Soemarno PS, Wakil Komandan Koharmatau saat itu yang ternyata adalah mantan komandan mendiang ayahnya, Nazar Gumbira.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: