Bank Raksasa AS PHK Karyawan, Siapkan Pesangon Rp11,6 Triliun: Lebih Tinggi dari Perkiraan
BACA JUGA:
- KPK Tetapkan Eddy Hiariej Tersangka, Wamenkumham Kirim Surat Pengunduran Diri ke Presiden
- Israel Meminta Maaf Setelah Serangan IDF yang Menewaskan Tentara Lebanon: Akan Menyelidikinya
Selain itu, Scharf juga mengungkapkan kegembiraannya atas kemajuan yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut.
Namun, di sisi lain, bank ini juga menghadapi beberapa pelemahan dalam portofolio real estat komersialnya, terutama dalam pinjaman perkantoran.
Scharf menyatakan bahwa pihaknya memperkirakan akan mengalami kerugian dalam portofolio perkantoran mereka pada kuartal IV/2023, dan kerugian ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun depan.
Untuk mengantisipasi kerugian ini, Well Fargo telah menyiapkan dana sebesar 359 juta dolar AS untuk potensi kerugian kredit pada real estat perkantoran pada kuartal III/2023.
Dengan tambahan ini, total dana penyisihan kerugian mereka untuk sembilan bulan pertama tahun 2023 menjadi sebesar US$2,6 miliar.
Para eksekutif dari bank-bank terbesar di AS mengungkapkan bahwa meskipun suku bunga tinggi dan kekhawatiran terhadap perekonomian yang menurun, mereka masih percaya bahwa ekonomi akan tetap kuat. Namun, mereka juga menjadi lebih berhati-hati dalam menghadapi tahun depan.
BACA JUGA:
- Pemerintah Indonesia Berencana Memulangkan Pengungsi Rohingya di Aceh ke Negara Asal, Ini Komentar Peneliti ASEAN
- Gibran Dipantau Bawaslu, Terancam Sanksi Tegas Jika Terbukti Melanggar Aturan Kampanye
Scharf, seorang eksekutif bank, menyatakan bahwa konsumen di AS masih tangguh dan pertumbuhan kartu kredit untuk bank dapat meningkat.
Meskipun begitu, bank tersebut telah mengurangi pemberian kredit mobil dan ukuran portofolio layanan hipotek mereka.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa pengeluaran konsumen telah melambat dalam beberapa bulan terakhir dan banyak masyarakat yang mulai menunggak pembayaran pinjaman mereka.
Hal ini menjadi kekhawatiran bagi para eksekutif bank, karena menunjukkan adanya tekanan pada kondisi keuangan masyarakat AS.
Sementara itu, pihak bank juga harus menghadapi perubahan dalam lingkungan ekonomi, seperti suku bunga tinggi dan kekhawatiran terhadap perekonomian yang menurun.
Hal ini memaksa mereka untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti mengurangi pemberian kredit mobil dan ukuran portofolio layanan hipotek.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: