Sejarah Konflik Israel-Palestina: Perebutan Wilayah dan Imigrasi Yahudi
JAKARTA, RADARPENA - Hubungan Palestina dan Israel kembali memanas. Hal itu ditandai pada Sabtu 7 Oktober 2023 pagi, kelompok militan Hamas melancarkan serangan dadakan ke sejumlah kota di Israel.
Lantas, apa yang menjadi masalah hingga konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel terus berkecamuk hingga saat ini?
Konflik Israel dan Palestina adalah konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun. Konflik ini berakar dari perebutan wilayah sebagai tempat tinggal bagi kedua bangsa tersebut. Mari kita telaah sejarah konflik ini.
BACA JUGA:Studi di Jurusan Teknik Otomotif, Tumbuh dan Alami kemajuan
Akar Konflik: Pasca-Perang Dunia I
Sejarah konflik Israel-Palestina berawal setelah Perang Dunia I. Pada tahun 1917, Inggris sebagai pemenang perang mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang memberikan dukungan untuk pembentukan tanah air bagi bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini membuat bangsa Yahudi menganggap Palestina sebagai tanah air mereka. Namun, masyarakat Islam Palestina menentangnya, menganggapnya sebagai pemaksaan atas hak mereka.
Imigrasi Yahudi ke Palestina
Salah satu puncak imigrasi bangsa Yahudi ke Palestina terjadi setelah Holocaust dalam Perang Dunia II. Holocaust adalah genosida yang mengakibatkan kematian sekitar enam juta orang Yahudi di Eropa oleh Nazi Jerman pimpinan Adolf Hitler. Kekejaman ini mendorong banyak warga Yahudi untuk meninggalkan Eropa dan bermigrasi ke Palestina.
Namun, upaya imigrasi ini terhambat oleh kebijakan Inggris yang mengeluarkan White Paper 1939 beberapa bulan sebelum Perang Dunia II. Dokumen tersebut membatasi imigrasi Yahudi ke Palestina menjadi hanya 75 ribu orang hingga tahun 1944, dengan batasan 10 ribu imigran per tahun atau 25 ribu orang dalam kondisi darurat.
Meskipun adanya pembatasan ini, beberapa organisasi Yahudi melakukan imigrasi ilegal yang berhasil digagalkan oleh Inggris melalui blokade perairan sekitar Palestina. Imigran yang gagal masuk Palestina akhirnya ditahan di kamp pengungsi di Siprus, Palestina, dan Mauritius.
Perlawanan dan Konflik
Kondisi yang semakin memburuk memicu perlawanan kelompok bersenjata Yahudi di Palestina yang menyebar teror sebagai bentuk protes. Kelompok sayap kanan Zionis, seperti Irgun, terlibat dalam aksi teror tersebut.
Dalam situasi yang semakin rumit, beberapa negara menekan Inggris untuk membuka jalur imigrasi Yahudi. Pada tanggal 20 April 1946, Komite Gabungan Inggris-AS yang dibentuk oleh PBB merekomendasikan migrasi sebanyak 100 ribu orang Yahudi ke Palestina, yang sayangnya ditolak oleh pemerintah Arab.
BACA JUGA:Waspada Dua Gejala Bahaya Bisa Terjadi pada Mobil Anda Jika Diabaikan Saat Musim Kemarau
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: