Ia menilai bahwa penghapusan rute tersebut akan merugikan pelanggan yang sudah terbiasa dengan konektivitas antar rute TJ dan moda transportasi lainnya, seperti LRT Jabodek.
Darmaningtyas mengkhawatirkan bahwa keputusan ini bisa diambil tanpa mempertimbangkan analisis jaringan rute yang telah ada.
BACA JUGA:
"Penghapusan Koridor 1 bisa menjadi kebijakan kanibal jika hanya fokus pada 10% pengguna angkutan umum, sementara 90% pengguna kendaraan pribadi justru tidak tersentuh," ujarnya, merujuk pada penurunan potensi penumpang yang akan beralih ke kendaraan pribadi.
Sementara itu, Ketua MTI Wilayah Jakarta, Jusa Permana, menambahkan bahwa ia mempertanyakan apakah efek jaringan besar yang melibatkan Koridor 1 sudah dianalisis dengan baik oleh Dinas Perhubungan.
"Jika tidak, ini hanya akan menyiksa pelanggan," katanya.
Sebagai seorang yang turut serta dalam proses pembangunan Busway Transjakarta, Darmaningtyas juga mengingatkan Syafrin Lupito akan pentingnya mengintegrasikan layanan transportasi massal, termasuk TJ dan MRT.
"Menghapuskan Koridor 1 adalah langkah mundur. Seharusnya, yang dilakukan adalah memperlancar layanan TJ dan membangun integrasi antara MRT dan TJ," ujar Darmaningtyas, yang juga pernah terlibat dalam pembangunan jaringan busway.
"Saya menolak keras penghapusan Koridor 1 dan rute lainnya. Integrasikan layanan transportasi, bukan hapus yang sudah ada," tandasnya.(sabrina)