JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Beberapa merek Barat ternama seperti Unilever, McDonald's, Starbucks, dan Danone menghadapi penurunan penjualan signifikan di Indonesia dan Malaysia.
Kondisi ini dipicu oleh aksi boikot konsumen yang dilakukan sebagai respons atas konflik Israel-Hamas yang terus memanas.
Dilansir dari Nikkei Asia, Unilever mencatat penurunan penjualan dua digit di Indonesia pada kuartal keempat tahun lalu.
Chief Financial Officer Unilever, Fernando Fernandez, menyatakan bahwa kampanye boikot konsumen yang terkait geopolitik menjadi faktor utama di balik penurunan tersebut.
"Di Indonesia, kami melihat penurunan penjualan sebesar dua digit pada kuartal keempat, karena penjualan beberapa perusahaan multinasional dipengaruhi oleh kampanye yang berfokus pada konsumen dan geopolitik," ujar Fernandez.
Dampak Boikot terhadap Merek Multinasional
Selain Unilever, McDonald's juga mengalami pertumbuhan penjualan yang melemah di divisi internasionalnya.
CEO McDonald's, Chris Kempczinski, menyebut dampak terbesar dirasakan di kawasan Timur Tengah dan negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia.
"Dampak paling nyata yang kami lihat terjadi di Timur Tengah, dan di negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Malaysia," ungkap Kempczinski.
Merek seperti Starbucks juga terkena dampaknya, terutama di Malaysia. Perusahaan ini menyatakan bahwa mereka beroperasi secara lokal dan tidak memiliki hubungan dengan pendanaan operasional pemerintah Israel.
Vincent Tan, pendiri Berjaya Corporation, yang mengelola waralaba Starbucks di Malaysia, meminta konsumen untuk menghentikan boikot tersebut.
"Toko-toko, 80-85 persen karyawannya adalah Muslim," kata Vincent Tan.
- BACA JUGA:Green Day Kembali Guncang Jakarta, Catat Jadwal hingga Link Pembelian Tiket: Jangan Sampai Kehabisan!
- BACA JUGA:NIKI Umumkan Bakal Konser di Indonesia, BCIS Ditarget!
Kecaman Politik Memperkuat Sentimen Boikot
Sentimen boikot di kawasan ini juga diperkuat oleh kecaman terhadap Israel dari Presiden Indonesia ke-7 Joko Widodo dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
Meski kedua negara tidak secara resmi mendukung aksi boikot, sikap pemerintah yang menunjukkan simpati terhadap Palestina memengaruhi opini publik.