Di ayat berikutnya (QS 2:156), Allah SWT pun menyampaikan kabar gembira bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi musibah atau bencana.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".
Dalam ayat lain, Allah SWT juga mengingatkan, ujian berupa bencana ataupun bentuk lain tidak akan menimpakan ujian atau siksa yang melebihi kemampuan untuk mengatasinya.
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. " (QS 2:286).
Mengutip dari risalahislam.com, dua ayat Al-Baqarah diatas dapat ditafsirkan sebagai bagaimana manusia menghadapi cobaan yang diberikan Allah.
Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan, Allah akan menguji hamba-Nya dengan aneka ragam percobaan. Misalnya, perasaan takut terhadap musuh dan adanya musibah, seperti kelaparan.
Bagi orang yang beriman kepada Allah, keadaan seperti ini akan dilaluinya, sekalipun terisolir dari lingkungan keluarga, bahkan diusir tanpa membawa sesuatu.
Sampai-sampai karena rasa laparnya, orang-orang beriman jika memerlukan makan hanya cukup dengan menghisap buah kurma, lalu disimpannya kembali mengingat jangka yang masih panjang.
BACA JUGA:
- Doa Memotong Kuku Lengkap Tata Cara, Waktu Terbaik, dan Keutamaannya dalam Islam
- Mengenal Tauhid: Pengertian, Fungsi, dan Keutamaannya dalam Kehidupan Muslim
Terutama sekali ketika mereka berlaga di medan perang Ahzab dan Tabuk. Allah juga menguji mereka dengan terbubuh di medan perang, atau mati karena sakit. Sebab ketika kaum Muslimin melakukan hijrah ke Madinah, di situ terjangkit wabah penyakit panas dingin yang luar biasa.
Ayat di atas memberikan pengertian bahwa iman itu tidak menjamin seseorang untuk mendapatkan rezeki yang banyak, kekuasaan, atau tidak ada rasa takut.
Tetapi semuanya itu justru berjalan sesuai dengan ketentuan sunnatullah yang berlaku untu hamba-Nya, jika terdapat sesuatu yang mendatangkan musibah, maka musibah itu tidak dapat dihalangi dan akan menimpanya, tetapi bagi seseorang yang mempunyai kesempurnaan iman, dan dirinya sudah mempunyai pengalaman digembleng dalam penderitaan, maka adanya musibah itu akan semakin membersihkan jiwanya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menghadapi musibah. Untuk memberikan rasa tenang ketika kita melihat musibah, kita bisa menyebutkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" disebut sebagai istirja'.
Istirja’ digunakan untuk mengungkapkan kepasrahan dan penerimaan terhadap musibah atau kehilangan, yang berarti "Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita akan kembali."