Waspada! PCOS pada Remaja Meningkat Usai Pandemi, Ditandai dengan Menstruasi Tidak Teratur Serta Obesitas

Minggu 29-09-2024,08:00 WIB
Reporter : Putri Indah
Editor : Putri Indah

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Polycystic ovarian syndrome (PCOS) dapat terlihat bahkan ketika perempuan masih berusia remaja.

Dokter spesialis Obstetri dan Ginekologi Subspesialis Fertilitas Endokrinologi Reproduksi RS Pondok Indah dr Mila Maidarti, SpOG, Subsp.FER, PhD mengungkapkan perubahan gaya hidup selama pandemi Covid menyebabkan gangguan ini makin banyak dialami perempuan, terutama remaja.

"Kalau kita lihat jumlahnya meningkat. Ada tren meningkat terutama pada saat pandemi Covid-19. Apa yang terjadi? Work from home," ungkap Mila ketika ditemui di Jakarta, 27 September 2024.

Di mana, work from home ataupun school from home membuat masyarakat tidak bisa beraktivitas banyak sehingga gaya hidup sedentari pun meningkat.

"Anak-anak nggak aktivitas, nggak ke sekolah, tidur di rumah, tugas banyak sampai malam-malam. Akibatnya kurang tidur, melatonin turun, metabolisme nggak jalan, makin gemuk," paparnya.

Kegemukan atau obesitas ini juga menjadi faktor risiko tinggi penyebab PCOS.

BACA JUGA:Polycystic Ovary Syndrome, Kenali dan Atasi Gangguan Hormonal yang Ganggu Kesuburan Wanita

BACA JUGA:Kaum Hawa Wajib Tahu! Ini Cara Jaga Area Kewanitaan saat Menstruasi untuk Cegah Infeksi

Biasanya, orang obesitas siklus menstruasi tidak teratur. Selain itu juga sering berkaitan dengan kondisi resistensi insulin yang memperparah PCOS.

Resistensi insulin sendiri dapat meningkatkan kadar sekresi hormon LH yang dihasilkan dari hipofisis seorang perempuan.

Sedangkan selain hormon LH, perempuan memiliki hormon FSH gonadotropin yang berguna untuk menumbuhkan sel telur sehingga siklus menstruasi dapat berjalan.

Kedua hormon tersebut saling berbanding terbalik. Apabila hormon LH meningkat, hormoh FSH pun menurun, begitu sebaliknya.

Sementara hormon LH pada sel telur bekerja memproduksi androgen yang merupakan hormon laki-laki.

Kelebihan androgen atau hiperandrogen sendiri dapat diketahui dengan gejala hirsutisme yang ditandai dengan tumbuh rambut berlebih pada bagian tubuh layaknya laki-laki, seperti kumis atau jenggot.

Kebanyakan androgen pada tubuh juga menyebabkan muncul jerawat berlebih serta rambut rontok.

Kategori :