Sejarah hingga Tradisi Peringatan Maulid Nabi di Indonesia, Salah Satunya Arak-arakan Keliling Kampung

Sabtu 14-12-2024,06:00 WIB
Reporter : Putri Indah
Editor : Putri Indah

Pada masa itu Salahuddin terlibat dengan perang salib. Untuk membangkitkan semangat orang muslim, Salahuddin mengadakan Maulid Nabi Muhammad. Selain untuk mengingat kelahiran Nabi Muhammad SAW, Salahuddin juga ingin agar umat islam pada saat itu lebih semangat dalam membela agama Islam.

Maulid Nabi Pertama di Nusantara

Di Nusantara, Maulid Nabi dipopulerkan oleh Walisongo. Mengutip Najib dari islamkaffah.id Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Indonesia telah menjadi tradisi yang mendalam, dirayakan di masjid-masjid besar hingga musholla di desa.

Mauludan merupakan ekspresi kegembiraan dan penghormatan umat terhadap Nabi. Sejak tahun 1404 M, Wali Songo menggunakan Maulid sebagai sarana dakwah untuk menarik masyarakat mengenal Islam, yang sering disebut "Perayaan Syahadatain" atau "Sekaten."

Pada zaman kerajaan Mataram (1582 M), perayaan ini dikenal sebagai Grebeg Maulud, di mana para pembesar mengikuti Sultan ke Masjid Agung dengan berbagai upacara, termasuk nasi gunungan.

Hingga kini, perayaan Maulid masih berlanjut dengan variasi di setiap daerah. Di Jawa, masyarakat membaca Manakib Nabi dari kitab Al-Barzanji dan menyantap makanan bersama.

Sementara di Sulawesi Selatan, perayaan Maulid ditandai dengan arak-arakan replika perahu Pinisi yang didekorasi, diiringi musik dan shalawat, dikenal sebagai Maudu Lampoa.

Mengutip Dari Universitas Insan Cita Indonesia, berikut beberapa tradisi maulid dari berbagai daerah.

Sekaten: Diadakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Sekaten mencakup pertunjukan gamelan dan bazar, dimulai dari 5 hingga 12 Mulud. Tradisi ini bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat dan memperkenalkan ajaran Islam.

Walima: Di Gorontalo, masyarakat mengadakan zikir massal di masjid diikuti dengan penyajian makanan khas, seperti kolombengi dan wapili, yang diarak ke masjid.

Nyiram Gong: Di Cirebon, tradisi ini melibatkan pembersihan gamelan sekaten dengan air kembang dan doa untuk menyambut Maulid.

Endog-endogan: Di Banyuwangi, telur dihias sebagai simbol kelahiran Nabi, kemudian diarak keliling kampung

Setiap daerah memiliki cara unik untuk merayakan kelahiran Nabi, menunjukkan bahwa ajaran Islam dapat beradaptasi dengan budaya lokal dan mencerminkan keberagaman.

(Mikail Mohammad Imam Muda)

Kategori :