BACA JUGA:Heboh! Gamers Listya Chan Diduga Sudah Mualaf, Netizen: Ini Beneran Ciii?
"Kami memiliki pekerjaan rumah untuk menginventarisasi populasi Dehaasia dan mempelajari habitatnya lebih lanjut," kata Nur Rohmah.
"Tumbuhan ini harus dilindungi agar tidak punah," tambahnya.
Penemuan Dehaasia pugerensis di TN Meru Betiri menjadi pengingat penting akan pentingnya menjaga kelestarian alam Indonesia.
Diharapkan penemuan ini akan mendorong upaya konservasi yang lebih intensif untuk melindungi flora dan fauna endemik Indonesia yang terancam punah.
Dehaasia pugerensis merupakan pohon kecil; Ranting keputihan, ramping dengan bekas luka dan kutil di dekat ujung; Daun elips atau lonjong atau lonjong-lanset, 70–140 x 35–60 cm, ujung tumpul, pangkal tumpul hingga baji, urat sekunder 7–10 pasang; Tangkai daun sepanjang 10–15 mm, hitam saat kering, semiterete; Perbungaan subterminal dan aksiler, panikulat, panjang 80–130 mm; Bunga sepanjang 1,5–2 mm, gundul, tangkai bunga sepanjang 4–5 mm; Buah kecil, 15 x 10 mm, perikarp setebal 1,5 mm.
D. pugerensis hanya ditemukan di 6 dari 16 lokasi survei di Kecamatan Wuluhan dan Ambulu. Lokasi tersebut adalah Klatakan, Undak, Watu Susu, Igir Pletes, Papuma dan Tanggul Asri. Semua lokasi tersebut berada di Gunung Watangan. Sebanyak 560 orang berhasil ditemukan, yang mana 194 orang (34,6%) berada pada stadium dewasa. Survei menemukan spesies ini terutama di Watu Susu dan Undak dengan masing-masing 190 dan 135 individu. D. pugerensis di daerah ini relatif melimpah.***