Pengaruh Media Sosial Terhadap Pelecehan Seksual pada Anak: Risiko yang Tak Bisa Diabaikan!

Sabtu 14-09-2024,20:00 WIB
Reporter : Viza Aulia Zahra
Editor : Putri Indah

JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, terutama bagi anak-anak dan remaja. 

Platform seperti Instagram, TikTok, Facebook, dan berbagai aplikasi lainnya memudahkan interaksi sosial serta memungkinkan anak-anak menjelajahi dunia maya. 

Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga membawa risiko yang tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah meningkatnya kasus pelecehan seksual terhadap anak secara daring (online).

Meningkatnya Pelecehan Seksual di Media Sosial

Dengan kemudahan akses ke internet, anak-anak seringkali menjadi target empuk bagi predator seksual. Data menunjukkan bahwa banyak pelaku pelecehan seksual menggunakan media sosial sebagai alat untuk mendekati dan memanipulasi korban. 

Mereka memanfaatkan fitur-fitur seperti pesan pribadi, komentar, atau unggahan video untuk membangun hubungan dengan anak-anak, yang seringkali berujung pada eksploitasi seksual.

Salah satu bentuk pelecehan yang marak terjadi adalah grooming online. Grooming adalah upaya pelaku untuk membangun kepercayaan anak melalui obrolan online, lalu secara bertahap mengeksploitasi mereka secara emosional dan seksual. 

Anak-anak seringkali tidak menyadari bahwa mereka sedang dijebak, karena pelaku seringkali menggunakan identitas palsu untuk mendekati korban.

Faktor Risiko yang Dihadapi Anak-anak di Media Sosial

Beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak rentan terhadap pelecehan seksual di media sosial antara lain:

1. Kurangnya Pengawasan Orang Tua: 

Banyak orang tua yang tidak sepenuhnya memahami aktivitas anak-anak mereka di media sosial, sehingga pelaku dapat dengan mudah mengakses dan berinteraksi dengan anak tanpa sepengetahuan mereka.

2. Anonimitas Pelaku: 

Media sosial memungkinkan pelaku untuk menyembunyikan identitas mereka, menggunakan profil palsu atau akun anonim untuk mendekati anak-anak.

3. Kurangnya Pendidikan tentang Bahaya Daring: 

Kategori :