Di momen ini, semua lapisan masyarakat di Hindia Belanda (Indonesia) diminta untuk berkumpul mengikuti festival, karnaval, hiburan, pasar kaget dan juga termasuk lomba panjat pinang.
Gelaran panjat pinang ini disebut oleh masyarakat Belanda sebagai de Klimmast yang berarti memanjat tiang.
Pada saat itu, peserta panjat pinang hanya diikuti orang pribumi. Sedangkan meneer-meneer Belanda sebagai penonton akan tertawa melihat warga lokal yang mati-matian membuat tangga hidup memanjat batang pinang.
BACA JUGA:
- Sejarah dan Makna Lomba Makan Kerupuk: Lebih dari Sekadar Hiburan
- 12 Ide Lomba 17 Agustus Anti Mainstream untuk Emak Emak, Auto Bikin Ketawa Terbahak
Filosofi Panjat Pinang
Dalam perjalanan Waktu, panjat pinang memiliki filosofi yang sangat mendalam bila ditelaah lebih lanjut.
Hal ini pernah diungkap oleh Fandy di dalam bukunya, mengungkapkan ada tiga filosofi yang bisa diambil dari panjat pinang khususnya dalam mendapatkan Kemerdekaan Repulik Indonesia:
Pertama: panjat pinang mengajarkan untuk berjuang dalam mencapai kemerdekaan.
Kedua: dalam satu regu pemain butuh kerjasama, kecerdikan, dan saling menopang.
Ketiga: menyingkirkan ego pribadi untuk mencapai kemerdekaan. Keempat, hasil kemerdekaan dibagi rata dalam masyarakat.