JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Kasus 5 pemuda Nahdlatul Ulama (NU) berkunjung ke Israel dan bertemu Presiden Israel Izaac Hertog ternyata salah satunya adalah pengajar filsafat Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia).
Dia adalah Zainul Maarif yang juga merupakan tokoh muda NU.
Atas kasus tersebut, Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) akan menggelar sidang etik terhadap Zainul Maarif.
"Unusia akan menggelar sidang etik terhadap Saudara Zainul Maarif untuk mempertanggungjawabkan aktivitas yang bersangkutan," ujar Kepala Biro Humas Unusia Dwi Putri melalui keterangan resminya, Senin 15 Juli 2024.
BACA JUGA:
Ia mengatakan kunjungan tersebut berdampak langsung bagi reputasi Unusia dan bertentangan dengan dengan nilai-nilai yang dianut Unusia.
Lebih lanjut, Dwi mengatakan Unusia menganggap pertemuan Zainul Maarif dan Presiden Israel adalah pertemuan secara individual, sehingga tidak ada kaitan apa pun dengan kampus.
"Pertemuan Saudara Zainul Maarif dengan Presiden Israel adalah aktivitas individual dan tidak memiliki keterkaitan apa pun dengan Unusia sebagai lembaga pendidikan di bawah naungan Perkumpulan Nahdlatul Ulama yang menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Indonesia," jelas Dwi Putri.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa Unusia mendukung sepenuhnya kemerdekaan Palestina dan mengecam keras praktik genosida oleh Israel terhadap bangsa Palestina yang sejak Oktober 2023 hingga kini masih terus berlangsung.
Terancam Dipecat
Lima (5) Pemuda Nahdlatul Ulama (NU) datang ke Israel dan menemui Presiden Israel Isaac Herzog.
Peristiwa tersebut membuat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) geram dan akan segera memanggil kelima pemuda NU.
Sekretaris Jenderal PBNU Gus Saifullah Yusuf alias Gus Ipul mengatakan, saat ini pihaknya tengah mendalami persoalan tersebut dan PBNU segera memanggil kelima pemuda itu untuk dimintai tabayun.
"Yang bersangkutan akan dipanggil untuk dimintai keterangan dan penjelasan lebih dalam tentang maksud tujuannya, latar belakang dan siapa yg memberangkatkan serta hal hal prinsip lainnya," ujarnya dalam keterangan yang diterima pada Senin, 15 Juli 2024.
Selain itu, lanjutnya, PBNU juga segera memanggil pimpinan Badan Otonom (Banom) serta lembaga yang menjadi pengabdian kelima orang tersebut.