Mereka memandang umat muslim sebagai biang masalah yang pada akhirnya menciptakan benih-benih Islamofobia.
3. Jerman
Sikap anti-Islam sedikit lebih umum di antara para migran yang tiba di Jerman dari negara-negara non-Muslim. Orang-orang yang memiliki kontak sosial dengan Muslim, cenderung tidak memiliki sikap anti-Islam.
Gerakan anti-Islam pun muncul, mereka pegiat Neo-Nazi yang benci pada imigran. Mereka menggelar parade bertajuk Pegida, akronim dari Warga Eropa Patriotik Menolak Islamisasi Peradaban Barat.
Pawai ini ramai terjadi di Kota Dresden dan Cologne bahkan saban pekan.
Mereka meminta imigrasi memperketat hukum bagi pencari suaka masuk terutama mereka yang berasal dari Timur Tengah. Mereka tak sudi Negeri Panzer ini makin banyak muslim.
4. Prancis
Nicolas Sarkozy yang menjabat sebagai Presiden Prancis pada tahun 2011 saat itu menyerukan sebuah larangan penggunaan niqab, yakni kerudung yang menutup seluruh tubuh kecuali pada bagian mata.
Perempuan yang menggunakan niqab tidak diterima di Prancis. Apabila ada yang melanggar, maka akan didenda sebesar 150 euro atau Rp2,4 juta.
Pemaksaan penggunaan niqab juga akan dikenakan sanksi berupa denda sekitar Rp480 juta dan satu tahun penjara. Abdallah Zekri, Kepala National Observatory of Islamofobia, mengatakan bahwa setidaknya ada sekitar 235 serangan yang ditujukan kepada warga Muslim Prancis pada 2020 lalu.
Saat ini, Prancis telah mengeluarkan RUU anti-separatisme yang mengacu pada pembatasan komunitas Muslim.
5. India
Muslim di India dipaksa pindah agama oleh organisasi Hindu militan bahkan didukung oleh Partai Bharatiya Janata (BJP), partai mayoritas di parlemen Negeri Hindustan sekaligus partai tempat Perdana Menteri Narendra Modi bernaung.
Pada 2014 terdapat kasus 300 warga muslim dipaksa menjadi Hindu dan diberi kartu identitas baru. Organisasi Hindu aliran garis keras ini berkilah mereka yang murtad dulunya Hindu dan tugas mereka meluruskan kembali akidahnya.
6. Kanada