Mengenal Lebih Dalam Tradisi dan Budaya Ogoh - Ogoh yang Terkenal di Masyarakat Bali

Senin 22-04-2024,22:07 WIB
Reporter : Anggie Himan
Editor : Dimas Satriyo

JAKARTA,RADARPENA.DISWAY.ID - Dalam menyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu biasanya selalu mempersiapkan boneka Ogoh-Ogoh, boneka raksasa yang menjadi puncak perayaan sebelum momen keheningan tiba.

Ogoh-Ogoh, yang tingginya mencapai 2-4 meter, memukau mata dan menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi Nyepi.

Pemerintah Kabupaten Buleleng mengungkapkan bahwa istilah Ogoh-Ogoh berasal dari bahasa Bali yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Tradisi Ogoh-Ogoh sendiri berawal pada tahun 1983, ketika keputusan presiden menetapkan Nyepi sebagai hari libur nasional, mendorong masyarakat Bali untuk merayakannya dengan menciptakan Ogoh-Ogoh di berbagai penjuru.

BACA JUGA:Daftar 5 Tempat Wisata Religi di Surabaya yang Penuh Makna dan Sejarah

BACA JUGA:6 Rekomendasi Taman Wisata Alam di Gunungkidul Berciri Khas, Penah Ke Sana?

Sejarah Ogoh-ogoh pada Hari Raya Nyepi 

Sejarah ogoh-ogoh bermula sejak zaman Dalem Balikang. Ada berbagai pendapata yang menyebut tentang awal mula ogoh-ogoh, ada yang mengatakan mulanya ogoh-ogoh digunakan untuk upacara pitra yadnya.

Ada juga yang mengatakan tradisi ogoh-ogoh berawal dari tradisi Ngusaba Ngong-Nging yang ada di desa Selat, Karangasem. Pendapat lain juga ada yang menyatakan ogoh-ogoh muncul karena barong landung yang merupakan wujud dari Raja Jaya Pangus dan Putri Kang Cing Wei (suami istri) yang memiliki wajah buruk dan menyeramkan dan saat itu pula munculnya ogoh-ogoh.

Terlepas dari berbagai pendapat tentang asal usul ogoh-ogoh tersebut, sampai saat ini masyarakat Bali selalu merayakan tradisi ogoh-ogoh untuk menyambut Hari Raya Nyepi. Pada awalnya ogoh-ogoh ini terbuat dari kerangka kayu dan bambu setelah itu kerangka akan dibungkus dengan kertas-kertas.

Seiring perkembangan zaman, bahan-bahan yang digunakan untuk membuat ogoh-ogoh juga semakin berkembang. Masyarakat Bali kini menggunakan bahan berupa besi dan bambu yang telah dirangkai menjadi ayaman dan dibungkus dengan gabus atau stereofoam dan dicat

 

Mengenal Ogoh-ogoh

Ogoh-Ogoh berasal dari kata ogah-ogah yang merupakan Bahasa Bali dengan makna sesuatu yang digoyang-goyangkan. Ogoh-ogoh sendiri direpresentasikan sebagai Bhuta Kala. Bhuta Kala bermaknakan kata kekuatan (Bhu) serta alam semesta dan ketiadaan waktu (Kala) yang tak terbatas dan tak tergoyahkan. Dalam bentuk patung, Ogoh-ogoh umumnya digambarkan sebagai sosok besar yang menyeramkan, seringkali berwujud Rakshasa atau makhluk-makhluk dari dunia maya, seperti naga, gajah, Widyadari, hingga berbagai penjahat atau hantu.

Lebih dari sekadar pertunjukan seni, parade Ogoh-ogoh juga menyiratkan makna mendalam. Ogoh-ogoh memvisualisasikan sifat-sifat negatif dalam diri manusia. Saat pengarakan, Ogoh-ogoh diarak mengelilingi banjar atau desa secara bersama-sama. Ogoh-ogoh yang dipikul saat arak-arakan diakhiri dengan dibakar hingga habis, sebagai simbol pemurnian. Mulai dari sore hingga malam, parade Ogoh-ogoh memberikan pengalaman tak terlupakan.

Namun, di balik megahnya parade ini, tersimpan filosofi yang mendalam. Ogoh-ogoh mengajarkan manusia untuk memurnikan sifat Bhuta Kala dalam diri, sekaligus untuk saling menjaga alam dan sumber daya di dunia, memahami pentingnya keberlanjutan dan menjauhi perilaku merusak lingkungan. Tradisi ini menjadi pengingat akan tanggung jawab terhadap alam sekitar.

Kategori :