Sebaliknya, jenazah kemungkinan akan kembali ke Bumi bersama kru di akhir misi, yang mungkin terjadi beberapa tahun kemudian.
Sementara itu, para kru mungkin akan mengawetkan jenazah di ruang terpisah atau kantung jenazah khusus. Suhu dan kelembapan yang stabil di dalam kendaraan ruang angkasa secara teoritis akan membantu mengawetkan tubuh.
Namun, semua skenario itu hanya berlaku jika seseorang meninggal di lingkungan bertekanan, seperti stasiun ruang angkasa atau pesawat ruang angkasa.
Apa yang akan terjadi jika seseorang melangkah keluar ke luar angkasa tanpa perlindungan pakaian antariksa?
Astronot tersebut akan meninggal hampir seketika. Hilangnya tekanan dan paparan ruang hampa udara akan membuat astronot tidak bisa bernapas, dan darah serta cairan tubuh lainnya akan mendidih.
Apa yang akan terjadi jika seorang astronot melangkah ke Bulan atau Mars tanpa pakaian antariksa?
Bulan hampir tidak memiliki atmosfer jumlah yang sangat sedikit. Mars memiliki atmosfer yang sangat tipis, dan hampir tidak ada oksigen.
Jadi, hasilnya akan hampir sama dengan paparan ruang terbuka: mati lemas dan darah mendidih.
BACA JUGA:Fase Bulan Purnama, Waspada Banjir Rob 19-29 Februari 2024 di Pesisir Jakarta Utara
Sistem Penguburan Astronot di Luar Angkasa
Misalkan astronot meninggal setelah mendarat, saat berada di permukaan Mars.
Kremasi tidak diinginkan; kremasi membutuhkan terlalu banyak energi yang dibutuhkan oleh kru yang masih hidup untuk tujuan lain.
Dan penguburan juga bukan ide yang baik, sebab bakteri dan organisme lain dari tubuh dapat mencemari permukaan Mars.
Sebagai gantinya, para kru kemungkinan akan mengawetkan jenazah di dalam kantung jenazah khusus hingga bisa dikembalikan ke Bumi.
Masih banyak hal yang belum diketahui tentang bagaimana para penjelajah akan menghadapi kematian. Ini bukan hanya pertanyaan tentang apa yang harus dilakukan dengan jenazah.
Membantu para kru menghadapi kehilangan, dan membantu keluarga yang berduka di Bumi, sama pentingnya dengan menangani jenazah orang yang meninggal.