JAKARTA, RADARPENA.CO.ID - Menurut analisis Drone Emprit pada periode debat capres terakhir, Prabowo memperoleh 48 persen sentimen negatif, melampaui capres lainnya seperti Ganjar Pranowo (14 persen) dan Anies Baswedan (7 persen).
Drone Emprit juga mencatat bahwa sentimen positif terhadap Prabowo masih di bawah sentimen negatif, mencapai 43 persen, sementara sentimen netral sebesar 9 persen.
Kumpulan besar warga Twitter pendukung capres kompetitor memberikan dampak signifikan terhadap persepsi negatif terhadap Prabowo.
Berdasarkan analisis Drone Emprit terhadap percakapan di Twitter pada periode Minggu, 4 Februari 2024 pukul 19.00-22.00 WIB atau selama debat capres, dapat disimpulkan bahwa capaian tersebut merupakan hasil evaluasi terhadap wacana yang terjadi dalam platform tersebut.
Analisis ini memberikan gambaran bahwa Prabowo Subianto perlu mengatasi tantangan komunikasi dan mendapatkan dukungan lebih luas untuk membalikkan sentimen negatif yang mencirikan debat terakhir capres.
BACA JUGA:
- Anies Unggul Dipilih Pengguna Medsos, Prabowo Banjir Kritikan Usai Debat Capres Minggu 4 Februari
- Lirik Lagu Memilih untuk Indonesia, Jingle Pemilu 2024 yang Kerap Diputar saat Debat Capres-Cawapres
Sederet Sentimen Negatif dari Netizen terhadap Prabowo
Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, masih menjabat sebagai figur yang mendapatkan sorotan negatif dari netizen.
Kritik yang diarahkan padanya melibatkan sejumlah opini yang kontroversial. Keterlibatannya dalam keputusan politik, terutama kesepakatan dengan Anies Baswedan, mendapatkan kritik tajam karena dianggap hanya sebatas kesetujuan politis.
Selain itu, Prabowo juga menjadi sasaran kritik terkait pandangannya yang menyebut otak lamban.
Pengguna media sosial merujuk pada pernyataan yang menyebutkan "otak lamban," yang membuatnya menjadi objek sindiran dan kontroversi.
Bandingan dengan tokoh seperti Sambo, yang dianggap lebih baik, semakin menambah citra negatif Prabowo di mata netizen.
Program pemberian makan dan susu gratis juga menuai kecaman, dengan beberapa pihak yang menyindir bahwa langkah tersebut tidak efektif dan dianggap sebagai upaya untuk menutupi kelemahan dalam penanganan kesehatan.
Terkait rencana peningkatan jumlah Fakultas Kedokteran, Prabowo mendapat sorotan karena dianggap tidak sesuai dengan prioritas yang seharusnya lebih mengutamakan peningkatan kesehatan masyarakat secara menyeluruh.
BACA JUGA:
- Prabowo Dinilai Mulai Tak Percaya Diri dengan Dukungan Jokowi
- Usai Debat Terakhir, Prabowo Pulang Kampung Disambut Puluhan Ribu Masyarakat Sulawesi Utara