Hizbullah menggambarkan serangan roket tersebut sebagai "tanggapan awal" terhadap pembunuhan seorang pemimpin Hamas tingkat tinggi, Saleh al-Arouri, di markas Hizbullah di Beirut pekan sebelumnya, yang diduga dilakukan oleh Israel.
Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, menyatakan tekanan militer terhadap Hizbullah meningkat, dan itu akan menjadi efektif "atau kita akan menghadapi perang lain."
Pernyataan tersebut diikuti oleh pernyataan Juru Bicara Militer Laksamana Muda Daniel Hagari, yang menegaskan fokus Israel pada Pasukan Radwan elit Hizbullah akan menjauhkannya dari perbatasan.
Israel mencoba membatasi pertempuran di bagian utaranya, menyadari kemampuan militer Hizbullah jauh lebih unggul dibandingkan dengan Hamas.
Namun, pemimpin Israel menyatakan kesabaran mereka mulai habis, dan mereka bersiap untuk menggunakan kekuatan jika ketegangan tidak dapat diselesaikan melalui diplomasi.