Lembaga tersebut akan membuat prototipe untuk menguji gagasan atau konsep dalam pengembangan software sebagai tulang punggung Rupiah Digital.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kemunculan rupiah digital tidak akan menghilangkan peredaran rupiah kertas dan lainnya meski diperkirakan rupiah digital akan mendominasi di masa depan.
Perry menjelaskan secara demografi, masih ada masyarakat yang menggunakan uang kartal.
Ada juga yang ingin berbasis rekening dan menggunakan kartu, tetapi sebagian masyarakat lagi disebut memerlukan alat pembayaran berbasis digital.
BACA JUGA:
- Jusuf Hamka Kembali Borong Mobil Listrik Chery Omoda E5 70 Unit, Ini Alasannya
- Jelang Akhir 2023, OJK Mencabut Izin Usaha 4 Perusahaan Asuransi di Indonesia, Terkini Asuransi Aspan
"Karena sekarang masyarakat kita secara demografi ada yang masih ingin menggunakan alat pembayaran kertas. Itu biasanya tua-tua kayak aku, ada yang masih ingin berbasis rekening, tadi kartu-kartu, ada yang perlu digital," tutur Perry.
Perry mengatakan rupiah digital hanya memiliki perbedaan sedikit dengan rupiah kartal yaitu pada sisi formatnya.
Sementara dari sisi nominal, bentuk, gambar, hingga ornamen lain yang ada di uang itu akan sama saja dengan uang kertas atau logam.
"Digital rupiah prinsipnya sama dengan alat pembayaran yang ada, ini sama. Bedanya yang ini dalam bentuknya uang kertas yang itu bentuknya digital," kata Perry.
"Semuanya encrypted dalam digital. Koding-koding NKRI, koding yang ada di kekayaan Indonesia, semua dalam bentuk digital. Coding-codingnya di-encrypt, yang tahu cuma BI, itulah digital rupiah," imbuhnya.