Kata-kata ini akan memancing anak untuk menumpahkan emosinya. Jika anak tidak juga menceritakan mengenai penyebabnya menangis, ibu bisa memancingnya dengan kalmat “kamu menangis karena jatuh? Mana yang sakit?” atau sebagainya.
3. “Jangan serakah”
Yang anak pikirkan: “Saya harus berbagi segala hal yang saya miliki. Tidak ada satupun benda di dunia ini yang bisa saya miliki sendiri.”
Berbagi merupakan sikap bagus yang harus ditanamkan oleh orang tua sejak anak usia dini. Tetapi, para ahli parenting percaya bahwa anak di bawah usia 4 tahun memang belum fasih mengenal konsep ‘berbagi’ ini karena ia sudah memiliki sense of belonging, yakni rasa memiliki terhadap barang tertentu yang diklaim sebagai miliknya.
Yang seharusnya orang tua katakan: “Teman kamu ini mau pinjam mainan kamu, boleh apa tidak?” atau “Ayo tukeran mainan dengan teman ini.”
Dengan demikian, anak akan memiliki kesempatan untuk memproses apakah ia akan melepas mainan miliknya atau tidak. Jika anak memang menolak untuk berbagi, sebaiknya orang tua tidak perlu memaksakan ya.
BACA JUGA:
- Simak Cara Mendidik Anak agar Rajin dan Sukses ala Buya Yahya
- Banyak yang Keliru, Ini 7 Manfaat Mandi Hujan untuk Anak
4. "Siapa yang mengajari berbuat nakal seperti ini?”
Yang anak pikirkan: “Ibu dan ayah tidak tahu kalau ini murni perbuatan saya.”
Anak akan berpikir bahwa ia bisa lolos dari hukuman dengan melimpahkan kesalahan kepada orang lain atas perbuatan yang sebetulnya murni merupakan kenakalan pribadinya.
Yang seharusnya orang tua katakan: “Kenapa kamu berbuat seperti itu?”
Beri waktu kepada anak untuk menjelaskan perbuatannya. Pertanyaan terbuka ini memberikan kesempatan bagi ibu dan ayah untuk mengetahui apakah perbuatan tersebut murni inisiatif dirinya atau ada orang lain yang memberi perintah kepada anak. Setelahnya, beritahu kepada anak bahwa tindakan tersebut tidak benar dan tidak patut untuk diulangi di masa depan.
5. “Kenapa kamu tidak bisa seperti dia?”
Yang anak pikirkan: “Saya lebih buruk dari orang lain. Percuma melakukan ini dan itu, tidak akan ada usaha saya yang berhasil.”
Membanding-bandingkan anak sendiri dengan orang lain, termasuk teman sebayanya, bisa mengakibatkan kepercayaan diri anak menurun drastis. Pada satu titik, ia mungkin akan berpikir bahwa apapun yang dilakukannya tidak akan berhasil. Jika hal ini terjadi berulang-ulang dalam jangka panjang, anak bisa mengalami stres hingga depresi.
Yang seharusnya orang tua katakan: “Kamu bisa!”
Jadikan kehebatan orang lain sebagai motivasi bagi anak. Ibu dan ayah harus terus menyemangati anak sambil menekankan bahwa ibu akan tetap menyayanginya terlepas dari ia bisa atau tidak mengerjakan sesuatu. Ingat ya, Bu, setiap anak memiliki bakat yang berbeda. Jika ia tidak pandai dalam hal akademis, misalnya, mungkin bakatnya ada pada menyanyi, menari, atau bidang olahraga.
6. “Kita bicarakan ini di rumah!”
Yang anak pikirkan: “Mungkin saya akan dihukum di rumah. Ibu dan ayah membenci saya. Saya tidak ingin pulang ke rumah.”
Saat anak melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan ekspektasi orang tua di ruang publik, usahakan untuk menyelesaikannya saat itu juga dengan cara mendidik anak yang baik, sekalipun ibu dan ayah mungkin akan menjadi pusat perhatian. Jangan menunda ‘hukuman’ baru saat sampai di rumah karena semakin lama anak merasa dimusuhi orang tuanya, selama itu juga pikirannya tidak tenang sehingga anak bisa menjadi stres.