Baby Blues - Beredar video viral di media sosial mengenai seorang ibu yang berniat mengajak bayinya bunuh diri di Stasiun Kereta Api Pasar Minggu, Jakarta. Sang ibu diketahui hendak melemparkan bayinya dan ikut bunuh diri.
Rencana tersebut untungnya berhasil digagalkan petugas keamanan yang ada di stasiun. Dalam video singkat tersebut, terdengar tangisan bayi yang cukup kencang. Seorang wanita yang diduga ibu dari bayi itu berontak saat berusaha ditenangkan oleh seorang satpam.
Sedangkan satpam lainnya terlihat menggendong bayi yang dibedong dengan kain pink. Ia berusaha menenangkan tangis bayi dengan menepuk pelan punggungnya.
Baby blues adalah bentuk ringan dari depresi dan gangguan kecemasan yang terjadi pada masa-masa awal pasca-persalinan. Sekitar 50-80 persen wanita mengalami kondisi ini setelah melahirkan.
Biasanya gejalanya mulai muncul dalam 1-5 hari setelah bersalin dan kemudian reda dalam 10 hari. Sebagian besar wanita yang mengalami baby blues memang cenderung bisa pulih sendiri tanpa penanganan profesional.
BACA JUGA:
- HIPMI Mendapat Dukungan Dari Jokowi Mengenai Penghapusan Kredit Macet UMKM
- Perkuat Kaderisasi, PW Fatayat NU Lampung Akan Gelar LKL, Inilah Persyaratannya
Akan tetapi, jika tidak bisa dihindari, sebenarnya perlu cara-cara yang lebih bersifat antisipatif. Jadi, bukan terjadi baby blues dulu dulu baru ditanggulangi, melainkan menyiapkan langkah pencegahannya.
Misalnya, melalui pembekalan kesehatan mental oleh psikolog. Ibu setelah melahirkan mendapatkan pendampingan ketika mengalami depresi dan lainnya.
Sementara itu, melansir dari laman March of Dimes, baby blues adalah perasaan sedih yang mungkin dialami pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hingga empat dari lima orang tua baru atau sekitar 80 persen, mengalami baby blues.
Penyebab Baby Blues
Perubahan Hormon
- Penyebab baby blues sejauh ini memang belum dapat diketahui secara pasti. Namun, sindrom ini sering kali dikaitkan dengan perubahan hormon setelah melahirkan. Gara-gara terjadi perubahan hormon itulah emosi ibu jadi campur-aduk. Selama masa nifas, produksi berbagai macam hormon kehamilan seperti hormon estrogen dan progesteron akan turun drastis untuk digantikan dengan hormon-hormon lain. Estrogen itu sendiri terkait dengan produksi serotonin, senyawa kimia dalam otak yang mengatur suasana hati, dan progesteron dapat membantu meningkatkan mood. Perubahan kadar hormon secara drastis dan tiba-tiba inilah, juga ditambah faktor lain, yang dapat mengganggu kestabilan mood ibu setelah melahirkan.
Kurang Tidur
- Siklus tidur bayi baru lahir yang belum teratur menyebabkan ibu harus terjaga di malam hari dan menyita banyak waktu tidur mereka. Kurangnya waktu tidur yang terus-menerus ini akan membuat ibu kelelahan dan tidak nyaman. Hal inilah yang juga bisa memicu gejala baby blues, seperti perasaan sedih dan mudah tersinggung.
Riwayat Gangguan Kesehatan Mental
- Wanita juga memiliki risiko lebih besar mengalami baby blues atau depresi pascamelahirkan, jika memiliki riwayat gangguan kesehatan mental, seperti depresi, bipolar, atau gangguan kecemasan.
Cara Mengatasi Baby Blues
- Menjaga kesehatan dengan rutin berolahraga dan makan makanan sehat
- Meminta dukungan dari pasangan dan keluarga dalam merawat bayi
- Terbuka pada pasangan dan keluarga, beri tahu bila ada hal yang mengarah ke gejala baby blues
- Berbagi tugas dengan pasangan dalam mengerjakan urusan rumah tangga dan merawat bayi
- Manfaatkan waktu luang dengan beristirahat
- Berjalan-jalan mencari udara segar
- Mempraktikkan mindfulness untuk menenangkan pikiran, misalnya lewat yoga atau meditasi
- Mengikuti terapi
Masalah emosional adalah kemungkinan penyebab baby blues lainnya.Kamu mungkin merasa gugup saat merawat bayi yang baru lahir atau khawatir tentang perubahan hidupmu sejak bayi tersebut lahir. Pikiran-pikiran ini bisa membuat kamu merasa sedih atau tertekan.***