Hingga tibalah waktunya hujan turun dengan sangat deras dan air pun mulai menggenangi daratan yang rendah terlebih dahulu. Perlahan-lahan air yang sudah menggenangi dataran rendah mulai meninggi dan menuju ke dataran tinggi.
Hingga pada akhirnya air bah itu sudah mulai menggenangi seluruh daratan dan hanya orang-orang mukmin dan pasangan makhluk hidup saja yang ada di kapal Nabi Nuh AS saja yang berhasil selamat dari air bah yang menenggelamkan seluruh daratan.
BACA JUGA:Rasulullah Muhammad SAW, Rasul Terakhir
Kapal Nabi Nuh AS mulai berlayar yang diiringi dengan “Bismillahi Majraha wa mursaha” melewati air bah itu dan saat berlayar terlihat para orang-orang kafir yang berusaha untuk menyelematkan diri agar tidak terbawa air lebih jauh.
Ketika sedang berlayar di tengah-tengah air bah, Nabi Nuh AS melihat puteranya yang bernama Kan’an timbul tenggelam karena menerima azab dari Allah atas amalan perbuatan yang sudah dilakukan. Nabi Nuh AS sangat bersedih dengan kepergian anaknya yang meninggal dalam keadaa kafir, tidak beriman, dan belum mengenal Allah.
Banjir bandang yang sudah membinasakan kaum kafir dan zalim kepada hukum Allah, mulai mengalami surut, air yang tadinya banyak, tiba-tiba sudah surut dengan cepat karena diserap oleh bumi. Setelah air bah atau banjir bandang yang sudah surut, kapal Nabi Nuh AS mulai berhenti di atas bukit “Judie”. Kemudian para orang-orang mukmin dan makhluk hidup lainnya mulai turun dari kapal yang besar itu dan mereka selamat dari air bah.
Dari kisah diatas maka kita sebagai umatnya juga harus belajar bahwa musibah itu terjadi bukan hanya karena alam sedang murka. Tetapi karena adanya kehendak Allah dan mengingatkan kita sebagai manusia yang sering kali lupa karena merusak bumi, dan sering bertindak dengan semena-mena.***