JAKARTA, RADARPENA – Oppenheimer menjadi salah satu blockbuster pertama dari Christopher Nolan bersama Universal Pictures.
Film Oppenheimer sendiri juga sudah tayang secara serentak di seluruh bioskop di Indonesia sejak 19 Juli 2023.
Oppenheimer sendiri adalah seorang fisikawan asal Amerika Serikat yang memiliki peran penting dalam Perang Dunia II.
Oppenheimer lahir di keluarga kaya, ayahnya seorang importir tekstil dan ibunya seorang pelukis. Ia memiliki saudara laki-laki yang juga seorang ahli fisika, yaitu Frank Oppenheimer.
BACA JUGA:Sejarah Tembok China Simbol Kekuasaan Dinasti Qin
Di tahun akhir sekolahnya di Sekolah Budaya dan Etik, ia tertarik dengan ilmu kimia. Pada usia 18 tahun, ia masuk Universitas Harvard dengan studi mayor Kimia. Di universitas ini, sebuah mata kuliah tentang termodinamika menarik perhatiannya dan membuat dirinya mendalami fisika eksperimental.
Oppenheimer diterima di Universitas Cambridge pada tahun 1924. Disana, semakin terbenam ke dalam ilmu Fisika hingga teman-temannya menyebut Oppenheimer sebagai seseorang yang memiliki kecenderungan untuk merusak diri sendiri karena waktunya ia habiskan untuk rokok dan pemikiran-pemikiran Fisika bahkan tanpa makan dan tidur.
Ia kemudian pindah ke Universitas Gottingen, yang merupakan pusat Fisika Teori termasyhur di dunia, dibawah bimbingan Max Born. Ia bertemu teman diskusi yang membuatnya semakin tenggelam di Fisika, antara lain Werner Heisenberg, Pascual Jordan, Wolfgang Pauli, Paul Dirac, Enrico Fermi, dan Edward Teller.
BACA JUGA:Ali Sadikin, Sebuah Nama yang Menghiasi Sejarah Jakarta
Saudara Frank Oppenheimer ini banyak melakukan riset dalam Astonomi Teori, Fisika Nuklir, Teori Kuantum, dan Kuantum Elektodinamis. Oppenheimer kemudian tergabung dalam 'Manhattan Project' yang mengembangkan proyek bom atom.
Ia menjadi salah satu ilmuwan yang berpengaruh dalam terciptanya senjata pemusnah masal ini. Ilmuwan-ilmuwan ini melakukan riset bom atomnya di Laboratorium Los Alamos yang sebenarnya berfungsi sebagai laboratorium militer.
Bom atom para ilmuwan tersebut diuji coba di New Mexico yang dikenal dengan nama Trinity test. Setelah melihat bola api hasil ledakan bom buatannya, terbersit kata-kata Baghavad Gita di benak Oppenheimer yang berbunyi "Kini, akulah kematian, sang penghancur dunia".
BACA JUGA:Sejarah Mie Instan dan Sosok Siapa Sosok Penciptanya
Namun, ketika bom tersebut dijatuhkan di Negeri Sakura dan mengakibatkan ratusan ribu nyawa melayang, Oppenheimer menyesali pekerjaanya dan menyarankan supaya benda tersebut digunakan untuk tujuan perdamaian saja.
Keputusannya ini membuat pemerintah mempertanyakan loyalitas Oppenheimer yang berakhir pada pelepasan jabatannya sebagai penasihat pemerintah bidang pertahanan. Setelah Perang Dunia II selesai, Oppenheimer tetap aktif dalam bidangnya dan terpilih menjadi Ketua Komisi Energi Atom AS. Sayangnya, langkah Oppenheimer tersendat sebab ia menolak dengan keras pengembangan bom hidrogen yang berkekuatan jauh lebih besar dari bom atom miliknya.***(dms)