Waspada Sumimasen' Godaan Red Light District di Tengah Tokyo

Waspada Sumimasen' Godaan Red Light District di Tengah Tokyo

Kabukicho red light district di Jepang--

Radarpena.disway.id, Jakarta - Istilah 'warung remang-remang' tak cocok sama sekali untuk menggambarkan red light district tersohor di tengah Kota Tokyo, Jepang ini. Kabukicho namanya yang gemerlap, berhias lampu warna-warni, dan serba mencolok.

Di bulan Oktober 2023 saat pertengahan musim gugur di Tokyo yang suhunya berkisar 20-24 derajat Celcius, saya dan dua kawan sesama jurnalis dari Jakarta iseng-iseng mengitari Kabukicho. Berbekal pengetahuan minim, kami melangkahkan kaki dari penginapan kami di bilangan Shinjuku menuju kawasan yang lekat dengan bisnis dewasa itu.

 

Kami berjalan sekitar 10 menit ke arah selatan atau ke arah stasiun subway Shinjuku-nishiguchi. Gedung Don Quijote atau pertokoan bebas pajak yang penuh dengan para pelancong menjadi patokan. Sebab di seberang jalannya di situlah Kabukicho berada dengan dua plang neon warna merah menyala. Dua plang neon itu tampak seperti 2 huruf U yang melebar dan saling silang. Di tengahnya berjejer aksara Jepang atau kanji.

BACA JUGA:Intip Sinopsis Drakor 'When The Stars Gossip', yang Tayang Diawal Januari 2025!

Di situlah kami disambut gerbang utama Kabukicho yang ikonik. Orang berlalu lalang di jalanan yang tak dilintasi kendaraan. Di sisi kanan-kiri berderet restoran menjajakan berbagai kuliner. Banyak pula toko-toko suvenir yang masih terlihat umum. Bila melihat suasananya mungkin tak ada yang mengira bila kawasan ini red light district.

BACA JUGA:Carats Siapkan Dirimu! Meet and Greet Bareng Seventeen di BCIS, 17 Desember 2024

Namun semakin menjelajah ke dalam, barulah tampak jasa lain yang ditawarkan. Gambar-gambar wanita dengan pakaian seksi mencuri perhatian. Di papan reklamenya tercantum harga misalnya 3.000 yen atau sekitar Rp 317 ribu untuk durasi 1 jam. Harga-harga itu biasanya untuk host dan hostess yaitu wanita atau pria yang akan menemani kami untuk minum-minum di club. Namun kami sudah diwanti-wanti tour leader kami untuk tak terkecoh karena kabarnya biaya bisa membengkak bila berani mencoba.

Di pertokoan sekitar pun tampak menjajakan berbagai mainan dewasa seperti dildo hingga kostum-kostum lingerie tematik seperti sexy maid lingerie, nurse lingerie, hingga police lingerie. Pemandangan seperti ini jelas tidak secara terbuka bisa kami jumpai di Tanah Air.

BACA JUGA:Sinopsis Drakor 'The History Of Us' dan Link Nonton Sub Indo, Cek Selengkapnya Disini!

Kian malam kawasan Kabukicho malah semakin ramai. Perjalanan kami berlanjut. Lebih dalam lagi ke gang-gang sekitar Kabukicho, langkah kami terhenti. Sesosok pria Jepang mendekati kami. Perangainya seperti hendak menawarkan sesuatu. Namun karena bahasa Jepang kami terbatas jadi kami tak tahu pasti apa yang ditawarkannya.

Salah satu rekan menolak halus dalam bahasa Inggris. Namun si pria ini keukeuh. Gesturnya tampak meminta kami menunggu sembari menunjukkan galeri di ponselnya. Isinya?

 

Deretan wanita-wanita Jepang dengan pakaian serba minim. Oalah, ternyata dia hendak menawarkan jasa dari wanita-wanita ini ke kami. Kawan saya tadi tetap menolak hingga saya pun berucap, 'Sumimasen' atau 'Maaf' seraya terus mengeloyor meninggalkannya. Jurus itu rupanya berhasil. Si pria itu tak mengejar meski langkah kami tetap konstan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: